
Apa
maksud dua kalimat di atas? Yach, itu hanyalah perumpamaan. Semoga saja sesuai
dan mengena.
Secara
sederhana, jika kedua kalimat di atas diganti dalam bahasa yang denotatif akan
menjadi, “Jika kamu tidak mendapatkan wanita yang sholehah, maka ambillah
wanita biasa lalu bimbinglah ia menjadi sholehah. Agar kamu tetap bisa merakan
manisnya istri sholehah.”
Siapapun
rasanya pasti akan senang dan tidak menolak jika mendapatkan istri yang
sholehah. Namun permasalahannya, wanita seperti itu saat ini sulit ditemukan.
Globalisasi atau lebih tepatnya westernisasi telah meracuni pemikiran, cara
berpakaian, serta cara bertingakah laku kebanyakan wanita sekarang. Mereka
mendefinisikan cantik dan menarik adalah dengan mengeksplore keindahan tubuh
yang mereka miliki. Kebebasan menjadi dalil mereka untuk melakukan apa saja dan
dengan siapa saja. Fashion dan musik adalah roh mereka. Tiada hari tanpa musik.
Satu-satunya ketakutan mereka ketika keluar rumah ialah terlihat jelek.
Fenomena
ini memang mengenaskan. Musik lebih sering didengar daripada ayat-ayat
Al-Qur’an. Perhiasan yang seharusnya dijaga kini diobral. Setiap orang
diperbolehkan melihatnya. Mereka juga nampak lebih lama melakukan persiapan
berpergian daripada ketika sholat.
Namun
kita tidak boleh berkecil hati. Wanita sholehah sebenarnya masih ada. Hanya
saja mereka tidak eksis atau tidak mau eksis. Satu-satunya media eksis mereka
adalah lewat dakwah. Jadi, jangan harap bisa menemukan mereka jika hanya main
ke mall saja. Yang lebih penting adalah menguasai ilmu-ilmu agama terlebih
dahulu dan jangan terbawa nafsu untuk mendekati mereka. Kelolalah dirimu dulu
dengan benar sesuai aturan agama barulah berikhtiar dengan cara yang benar.
Namun
apabila kita tidak berhasil mendapatkannya, kita juga tidak perlu bersedih.
Semua itu sudah diatur Allah. Mungkin memang bukan jodoh. Tapi bagaimana jika
kita masih punya keinginan istri yang sholehah? Yach, dengan siapapun pasangan
kita nantinya, kita tetap bisa merasakan istri sholehah, termasuk jika istri
kita adalah wanita biasa seperti kebanyakan wanita lainnya. Caranya, kita
bimbing dia pelan-pelan menjadi wanita sholehah seperti wanita yang Islam
inginkan. Bukankah memang sudah menjadi kewajiban seorang suami untuk membimbing istrinya? Di sisi lain kita juga harus belajar menjadi suami yang sholeh. Tanpa
teladan kita, mengubah seseorang akan menjadi sangat sulit. Maka dari itu,
mendalami ilmu-ilmu agama sangatlah penting. Jika ilmu kita masih kurang, maka
kita harus belajar lagi.

aseeekk,, dari fenomena milih buah jadi fenomena milih calon...
BalasHapussp an calone?? kekeke
Meyda Sefira KCB wik? Setuju nggak? Nek kowe setuju, sesok digawe undangane. Ckckck...
BalasHapus