Jalan Veteran Semarang, 1 September
2012 +/- Pukul 22.00 WIB.
Semalam, setelah lelah dengan
rutinitas yang menjemukan, aku
memutuskan untuk membawa motorku berselancar ke pusat kota. Rencana
awal, aku pengen cari buku untuk bacaan daripada bosen kalau pekerjaan udah
selesai. Sebiji novel Islami akhirnya aku dapatkan. Aku sendiri nggak tau
kenapa akhir-akhir ini pengen baca novel padahal sebelumnya males banget.
Mungkin karena aku sekarang pengen belajar nulis yang bagus dan menghasilkan
kalee yaa...
Waktu mau pulang, aku iseng pengen
memantau situasi Simpang Lima sama Jalan Pahlawan. Melihat kembali lokasi yang
jadi tempat tongkrongan waktu SMA. Keadaan sekarang dan dulu memang berubah.
Penataan Simpang Lima dan Pahlawan membuat semakin banyak orang / komunitas
mengunjungi tempat tersebut pada malam hari, terutama pada malam minggu.
Jalanan memang macet sih, tapi aku nikmatin aja. Aku pengen lihat
komunitas-komunitas apa aja yang sedang beraksi di situ. Setelah berjalan
merayap, akhirnya motorku dapat berjalan leluasa sejak mendekati Polda. Aku pun
memutuskan untuk kembali ke rumah melewati Jalan Veteran yang sebelumnya
merupakan rute untuk berangkat dan pulang kuliahku.
Sampai Jalan Veteran arus lalu
lintas masih padat tetapi kendaraan masih bisa jalan dengan kecepatan rendah.
Lagi asyik-asyiknya menikmati udara dan suasana malam, aku dikejutkan dengan
kejadian yang ada di depan mataku. Kraaak, dua buah motor bersenggolan dan
jatuh dengan kompak. Aku yang persis ada di belakangnya pun kaget. Klakson aku
bunyikan dengan panjang sambil mengarahkan motorku ke pinggir jalan menghindari
motor dan korban yang tergeletak di tengah jalan. Tidak jelas sebelumnya
bagaimana prosesnya terjadi. Seingatku di depanku dalam satu jalur dilalui tiga
motor. Motor yang berada di tengah ingin mendahului motor yang ada di kiri yang
beberapa meter di depan motor yang di tengah. Waktu mau mendahului, dia justru
menyenggol motor yang ada di sisi kanan yang telah beberapa meter di depannya.
Kedua motor dan empat orang yang menungganginya jatuh, sementara helm salah
satu korban yang berwarna pink dengan motif bunga-bunga terpental dan
menggelinding beberapa centimeter di depan motorku waktu aku menepi.
Setelah menepikan motor, pandanganku
kembali ke tengah jalan. Dua orang lelaki yang terlibat dalam kecelakaan telah
bangun dan menggiring motornya ke tepi. Sementara seorang cewek yang juga
menjadi korban telah berdiri. Lalu nampak seorang pria datang untuk
membangunkan motor cewek tadi dan membawanya ke pinggir jalan. Setelah
motor disingkirkan, nampak masih ada seorang
cewek yang tergeletak terlentang tidak bergerak di tengah jalan. Aku langsung
saja menghampirinya. Mata cewek itu telah terpejam meskipun tidak terlihat ada
luka ditubuhnya. Namun ketiadaan respon darinya membuat situasi menjadi sangat
mengkhawatirkan. Bersama dua pria lainya, aku membopong tubuh cewek itu ke
pinggir jalan.
Kami kemudian membaringkan tubuhnya
di tempat yang agak luas dan terang. Teman-teman cewek itu langsung mendekat. Mereka
menggoyang-goyangkan tubuhnya sambil menyebut-nyebut namanya. Nampak mereka
sangat khawatir, bahkan dari suaranya sudah terdengar tersedu-sedu, tapi sayang
tidak ada respon sedikitpun dari cewek tadi. Aku yang melihatnya juga ikut
khawatir. Sementara di sekeliling kami, kerumunan orang sudah semakin banyak.
Seperti biasa, mendadak ada yang ingin jadi wartawan, ada yang ingin jadi juru
bicara, dan ada yang cuma ingin menonton live show.
Kembali ke korban, meski terus
ditepuk-tepuk pipinya dan digoyang-goyangkan badannya, dia tetap belum sadar.
Seorang temannya yang semakin khawatir terus berucap, “Mii... Bangun Mii...
Bangun Mii...”. Sementara seorang lainnya sibuk dengan HP-nya. Entah sms atau telepon
siapa dia, mungkin keluarga atau kerabatnya. Aku dan bapak-bapak di sebelahku
menyarankan agar segera dibawa dan diperiksa ke rumah sakit, tapi
teman-temannya hanya beraktivitas seperti tadi.
Aku
yang terus mengamati dari tadi juga semakin khawatir dengan kondisinya. Di luar
kekhawatiranku, ternyata cewek tadi memang cantik dan ok banget. Tapi dalam
sekejap pikiranku yang nyleneh menghilang berganti kekhawatiran kembali. Kekhawatiran
membawa aku menerka-nerka apa yang terjadi padanya. Apakah dia sudah meninggal?
Kalau meninggal, ini pertama kali aku nonton proses orang meninggal dong. Meski
begitu, aku tak berharap apa yang aku pikirkan terjadi. Terus melihatnya
membuat aku semakin kasihan. Mana teman-temannya cuma menggoyang-goyangkan
tubuhnya aja. Pengen periksa detak jantungnya, tapi kok gimanaaa...
Setelah 15-20 menitan pasca
evakuasi, akhirnya mulai muncul tanda-tanda kalau dia akan sadar. Dimulai dari
mulutnya yang membuka, mungkin untuk mengambil nafas lebih banyak kali yaa.
Kemudian diikuti perlahan-lahan membuka matanya. Akhirnya dia benar-benar
sadar. Begitu sadar ia langsung menangis dan merintih kesakitan, “Kak sakit
Kak... Sakit Kak...”, sambil tangannya memegang tengkuknya. Kemudian seorang
temannya atau mungkin kakaknya (karena dia tadi memanggil kak) meletakkan tas di
bawah kepalanya untuk bantal.
Korban
terus saja merintih dan menangis kesakitan. Kemudian datang pria yang tadi ikut
membopong memberikan segelas air putih. Lagi, aku bersama bapak-bapak di
sebelahku meminta agar segera dibawa ke rumah sakit agar bisa diperiksa lebih
lanjut mengingat si korban terus merintih kesakitan, pasti itu ada luka dalam
atau bahkan gegar otak karena posisinya di tengkuk kepala. Namun masih belum
terlihat respon dari teman-temannya untuk segera membawa ke rumah sakit.
Beberapa menit kemudian terlihat
mobil patroli polisi melintas. Seketika juga kerumunan pada menghilang. Biasa
ABG-ABG yang ketakutan kalau-kalau dianggap terlibat mulai melarikan diri.
Nggak tau deh ABG-ABG sekarang kok sering takut sama polisi, lagi tongkrongan
di pinggir jalan ada polisi lewat juga langsung kabur, takut dikira ikut
trek-tekan. Padahal untuk kasus kecelakaan ini, kalau emang nggak terlibat
ngapain mesti takut terus kabur terbirit-birit. Aku aja yang KTP sama SIM-ku
baru hilang bersikap tenang, meski ada sedikit kekhawatiran ntar kalau ikut
dimintai keterangan sama identitas. Tapi demi kemanusiaan, aku tetap bertahan
di situ.
Satu polisi kemudian turun.
Sementara yang lain mencari tempat parkir untuk mobil patrolinya. Melihat ada
mobil polisi, teman-teman korban berusaha membangunkan badan korban hingga
korban pun bisa duduk. Polisi itu kemudian mendekati korban dan bertanya, “Bisa
berdiri nggak?”, dengan nada yang sedikit keras. Alih-alih memberikan jawaban.
Blek. Korban langsung kembali pingsan di bahu temannya seketika setelah
mendengar pertanyaan polisi tadi. Kali ini aku geli dan pengen ketawa melihat
hal itu tapi juga jengkel dan ingin maki tu polisi. Ngajak ngobrol orang
sekarat kok nadanya membentak kayak bicara sama orang yang melanggar lalu
lintas atau maling aja. Harusnya dia juga nggak perlu nanya, tapi langsung
membopong / memapah korban ke dalam mobil. Bapak di sebelahku melihat hal itu kembali
berkomentar, “Jangan dibentak Pak!”. Karena sudah diwakilkan oleh beliau, maka
aku tidak jadi memaki tu polisi. Polisi itu pun tidak ada ekspresinya setelah
itu. Dia kemudian meminta agar mobil patrolinya mundur kembali ke tempat
korban.
Setelah mobil patroli mendekat,
teman-teman korban langsung membopongnya ke dalam mobil patroli dibantu polisi
dan bapak tadi. Begitu korban sudah masuk, polisi menanyakan perihal kecelakaan
tadi kepada temen korban. Akhirnya diketahui bahwa korban dan teman / kakaknya
yang mengenderai revo diserempet oleh 2 orang yang berboncengan mengenderai
vixion. Meski tadi aku di belakang mereka, aku memang tidak sempat
memperhatikan kendaraan mereka. Fokusku cuma bagaimana agar tidak menabrak
korban yang telah jatuh di jalan.
Si
pengendara vixion entah ke mana, yang tersisa hanya yang membonceng. Itupun dia
beradu mulut dengan polisi. Akhirnya vixionnya dibawa polisi sementara revonya
sebenarnya hendak dibawa juga, tapi karena kondisinya yang tidak bisa jalan
(kayaknya persnelingnya jepit mesin) jadi ditinggal dan dijaga polisi. Setelah
sempat debat dengan pembonceng sial, akhirnya temen-temen korban ikut masuk ke
mobil patroli dan membawa korban ke RSUP dr Kariadi Semarang. Aku yang melihat
korban sudah dievakuasi dengan benar dan keberadaanku juga tidak dibutuhkan
lagi, maka aku melanjutkan perjalanan pulang.
Aku sih berharap korban segera
mendapatkan penanganan yang tepat, dapat diselamatkan, dan kembali pulih. Ini
pertama kalinya aku naek motor persis di belakang kecelakaan, untung banget
bisa menghindari koban. Kalau nggak bisa berabe ntar. Ini juga pertama kali
nolongin orang kecelakaan. Biasanya kalau ada kecelakaan, korbannya udah
ditolongin dan dikerumunin orang. Agak ngeri juga waktu mau nolong, maklum aku
phobia sama darah. Tapi untungnya dia nggak ada luka luar / darah yang
mengalir, jadi bisa ikut mengevakuasi. Berhati-hatilah mengendarai kendaraan di
jalan raya. Berkendaralah secara wajar. Hargai kenyamanan orang lain yang
berkendara. Jalan raya bukan lintasan balap. Kalau mau membalap pakai lintasan
tamiya aja, hehehe...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar