Senin, 15 Oktober 2012

Hidung Hanya Mau Bau Wangi



            Bermula dari tugas untuk menulis cerita yang mengandung hikmah tetapi hanya diawali dari satu kata. Temanya sendiri adalah belajar dari tubuh kita. Saya mendapat bagian untuk menulis tentang hidung. Setelah hampir setengah hari berpikir apa yang bisa dikembangkan dari sebuah hidung, akhirnya seperti inilah tulisan yang bisa saya hasilkan. Semoga benar-benar ada hikmah yang bisa dipetik, tidak sekedar obral tulisan. Hahaha...

Menulis seperti ini merupakan pengalaman pertama buat saya sehingga saya yakin masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu, saya sangat mengharapkan adanya komentar, saran, maupun kripik yang membangun dari teman-teman agar tulisan saya ini bisa menjadi lebih baik. Berdasarkan pengalaman, sambutan yang terlalu lama itu tidak baik, maka langsung saja saya persilahkan teman-teman untuk menikmati. Cekidot...
***
  

            Hidung merupakan salah satu panca indera kita. Fungsi hidung sangatlah penting, karena melalui hidung kita dapat mencium berbagai aroma sehingga dapat membedakan mana bau yang wangi dan mana bau yang tidak sedap. Ketika kita mencium bau yang wangi atau sedap, rasanya kita ingin terus mencium aroma tersebut, misalnya ketika kita mencium aroma bunga yang semerbak, parfum, ataupun aroma masakan yang lezat. Namun sebaliknya, apabila hidung kita mendiagnosa bau yang tidak sedap, ia segera meminta tangan kita untuk menutupnya atau meminta tubuh kita segera menyingkir dari sumber bau tersebut. Ini menjadi semacam reflek yang dipicu oleh hidung manakala tercium bau yang tidak sedap, seperti bau kentut, bau sampah, atau bau kotoran binatang.

            Dengan dapat mencium berbagai aroma, nyatanya hidung hanya ingin mencium aroma yang wangi. Maka tak heran, banyak orang yang senang mengunjungi taman daripada pergi ke pemukiman yang kumuh. Begitu pula dengan tempat-tempat seperti restoran ataupun hotel yang selalu berusaha membuat ruangannya menjadi wangi dengan menyemprotkan pewangi ruangan agar kita merasa nyaman saat berkunjung. Dalam kendaraan pribadi, terutama pada mobil, kita juga sering meletakkan parfum. Begitu juga dengan pakaian kita. Kita sering kurang percaya diri apabila mengenakan pakaian yang sedikit saja menimbulkan bau yang tidak enak, misalnya pada pakaian yang belum kering benar akibat musim hujan atau karena telah digunakan beberapa kali. Untuk mengatasinya, kita sering menyempotkan parfum ke pakaian kita.
 
            Namun apa yang terjadi saat hidung kita tersumbat karena sakit flu? Kita menjadi sulit bernafas dan tentu tidak bisa membedakan mana bau yang wangi dan mana bau yang tidak sedap. Dengan kata lain, kepekaan hidung kita terhadap bau menjadi berkurang akibat tersumbat oleh lendir yang disebabkan oleh virus flu. Pada kondisi seperti ini, aroma masakan yang lezat bisa tidak tercium oleh kita. Begitu juga dengan bau kentut dari teman yang ada di sekitar kita atau bau kotoran kucing yang ada di dekat kita, kita pun bisa jadi tidak menciumnya. Kita baru sadar bahwa di dekat kita ada kotoran kucing saat kita melihatnya.

Dengan realita seperti ini, maka hidung sebenarnya telah mengajak kita untuk mendekati hal-hal yang baik (wangi) dan menghindarkan kita dari hal-hal yang kurang baik atau tidak baik (berbau tidak sedap). Namun saat ini banyak orang yang sudah tidak peduli dengan baik buruk maupun halal haram dari suatu pekerjaan atau cara mendapatkan uang. Sesuatu yang baik pasti jelas berbeda dengan sesuatu yang buruk. Apa yang halal tentu tidak sama dengan apa yang haram. Namun saat ini banyak orang yang memilih bersikap abu-abu. Mereka bukannya tidak tahu mana yang halal dan mana yang haram. Hanya saja, mereka lebih memilih untuk tidak meributkan tentang bagaimana cara mendapatkan uang. Yang terpenting bagi mereka adalah bagaimana menumpuk harta, menikmati kemewahan duniawi, dan tentu menjadi orang yang terpandang dengan kekayaannya. Maka tak heran apabila pemberitaan akhir-akhir ini dipenuhi oleh berita korupsi, penyuapan, penggelapan uang, hingga pencucian uang.

Orang yang tidak mempedulikan uang yang didapatkan diperoleh dengan cara yang halal atau haram sama seperti hidung yang tersumbat. Hidung yang tersumbat berkurang sensitivitasnya karena terhalang oleh lendir sedangkan orang yang tetap mau menerima uang haram tersumbat keimanannya oleh kemewahan duniawi. Mereka sadar dan tahu bahwa uang yang diterimanya itu haram, namun karena kurangnya iman serta keinginan bermewah-mewahan di dunia, mereka tetap mau menerimanya. 

Ada sebuah perumpamaan yang menarik untuk menggambarkan orang yang seperti ini. Apabila uang yang halal itu kita ibaratkan sebagai parfum sedangkan uang yang haram itu kita umpamakan sebagai kentut. Maka orang yang mau menerima uang haram ibarat orang yang mencium bau kentut tetapi orang itu tidak segera menyingkir, melainkan justru menghirupnya dalam-dalam dan menikmatinya. Mungkin kita bisa tertawa dengan perumpamaan ini dan menganggap konyol orang yang mau menghirup bau kentut. Namun mungkin itu perumpamaan yang paling tepat. Sebelum orang tersebut menerima uang haram,  dia sudah tahu bahwa uang haram itu tidak baik dan tidak boleh diambil, tetapi dia tetap nekat mengambilnya. 

Hidung kita telah memberikan pelajaran yang sangat berharga. Hidung memang bisa mencium semua aroma, dari yang wangi hingga yang tidak sedap. Namun hidung juga secara tegas berani menolak ketika disodori bau yang tidak sedap dengan meminta tangan kita menutup hidung atau meminta tubuh kita pergi menjauhi sumber bau tersebut. Kita pun seharusnya demikian, dalam memilih pekerjaan ataupun mencari penghasilan kita harus memilih yang baik dan halal meskipun kita tahu ada peluang memperoleh penghasilan dengan cara yang haram.

Orang yang tidak mempedulikan halal atau haramnya uang yang didapatkan biasanya cenderung mencampur uang yang halal dengan uang yang haram. Padahal  uang halal dengan uang haram itu berbeda. Uang halal jelas mendatangkan barokah sementara uang yang haram sebaliknya, bahkan bisa saja mengakibatkan hal yang tidak kita inginkan. Lalu bagaimana jika kita mencampur uang yang halal dengan uang yang haram? Kita umpamakan jika uang yang halal itu parfum sementara uang yang haram itu air selokan kemudian kita mencampurnya lalu kita gunakan pada pakaian kita. Kira-kira bau seperti apa bau yang akan ditimbulkan? Akankah tetap wangi, tidak karuan, ataukah menjadi bau yang tidak sedap? Tentu jawabannya tidak mungkin tetap wangi, bisa saja menjadi tidak karuan atau bahkan menimbulkan bau yang tidak sedap. 

Rasulullah saw. telah mengingatkan kepada kita tentang kerugian apabila kita mengkonsumsi barang yang haram. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda,  

“Seorang laki-laki menempuh perjalanan jauh, rambutnya masai dan penuh debu. Dia menadahkan kedua tangannya di langit sambil berkata, ‘Ya Rabbi! Ya Rabbi’ sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, bagaimana mungkin doanya dikabulkan?” (Riwayat Muslim).

 Astagfirullahaladzim na’udzubillahimindzalik. Betapa besar kerugian yang ditimbulkan dari mengkonsumsi barang haram hingga doa kita menjadi taruhannya. Semoga kita terhindar dari barang-barang yang haram, baik itu dari  pekerjaan, penghasilan, makanan, minuman, pakaian, atau hal-hal haram lainnya. Mari kita tiru hidung kita yang hanya ingin menghirup bau yang wangi dan selalu berusaha menghindari bau yang tidak sedap.





1 komentar: