Bermula
dari tugas untuk menulis cerita yang mengandung hikmah tetapi hanya diawali
dari satu kata. Temanya sendiri adalah belajar dari tubuh kita. Saya mendapat
bagian untuk menulis tentang hidung. Setelah hampir setengah hari berpikir apa
yang bisa dikembangkan dari sebuah hidung, akhirnya seperti inilah tulisan yang
bisa saya hasilkan. Semoga benar-benar ada hikmah yang bisa dipetik, tidak
sekedar obral tulisan. Hahaha...
Menulis
seperti ini merupakan pengalaman pertama buat saya sehingga saya yakin masih
banyak terdapat kekurangan. Untuk itu, saya sangat mengharapkan adanya
komentar, saran, maupun kripik yang membangun dari teman-teman agar tulisan
saya ini bisa menjadi lebih baik. Berdasarkan pengalaman, sambutan yang terlalu
lama itu tidak baik, maka langsung saja saya persilahkan teman-teman untuk
menikmati. Cekidot...
***

Dengan dapat mencium berbagai aroma,
nyatanya hidung hanya ingin mencium aroma yang wangi. Maka tak heran, banyak
orang yang senang mengunjungi taman daripada pergi ke pemukiman yang kumuh.
Begitu pula dengan tempat-tempat seperti restoran ataupun hotel yang selalu
berusaha membuat ruangannya menjadi wangi dengan menyemprotkan pewangi ruangan
agar kita merasa nyaman saat berkunjung. Dalam kendaraan pribadi, terutama pada
mobil, kita juga sering meletakkan parfum. Begitu juga dengan pakaian kita.
Kita sering kurang percaya diri apabila mengenakan pakaian yang sedikit saja
menimbulkan bau yang tidak enak, misalnya pada pakaian yang belum kering benar
akibat musim hujan atau karena telah digunakan beberapa kali. Untuk
mengatasinya, kita sering menyempotkan parfum ke pakaian kita.
Namun apa yang terjadi saat hidung
kita tersumbat karena sakit flu? Kita menjadi sulit bernafas dan tentu tidak
bisa membedakan mana bau yang wangi dan mana bau yang tidak sedap. Dengan kata
lain, kepekaan hidung kita terhadap bau menjadi berkurang akibat tersumbat oleh
lendir yang disebabkan oleh virus flu. Pada kondisi seperti ini, aroma masakan
yang lezat bisa tidak tercium oleh kita. Begitu juga dengan bau kentut dari
teman yang ada di sekitar kita atau bau kotoran kucing yang ada di dekat kita,
kita pun bisa jadi tidak menciumnya. Kita baru sadar bahwa di dekat kita ada
kotoran kucing saat kita melihatnya.
Dengan
realita seperti ini, maka hidung sebenarnya telah mengajak kita untuk mendekati
hal-hal yang baik (wangi) dan menghindarkan kita dari hal-hal yang kurang baik
atau tidak baik (berbau tidak sedap). Namun saat ini banyak orang yang sudah
tidak peduli dengan baik buruk maupun halal haram dari suatu pekerjaan atau
cara mendapatkan uang. Sesuatu yang baik pasti jelas berbeda dengan sesuatu
yang buruk. Apa yang halal tentu tidak sama dengan apa yang haram. Namun saat
ini banyak orang yang memilih bersikap abu-abu. Mereka bukannya tidak tahu mana
yang halal dan mana yang haram. Hanya saja, mereka lebih memilih untuk tidak
meributkan tentang bagaimana cara mendapatkan uang. Yang terpenting bagi mereka
adalah bagaimana menumpuk harta, menikmati kemewahan duniawi, dan tentu menjadi
orang yang terpandang dengan kekayaannya. Maka tak heran apabila pemberitaan
akhir-akhir ini dipenuhi oleh berita korupsi, penyuapan, penggelapan uang,
hingga pencucian uang.
Orang
yang tidak mempedulikan uang yang didapatkan diperoleh dengan cara yang halal
atau haram sama seperti hidung yang tersumbat. Hidung yang tersumbat berkurang
sensitivitasnya karena terhalang oleh lendir sedangkan orang yang tetap mau
menerima uang haram tersumbat keimanannya oleh kemewahan duniawi. Mereka sadar
dan tahu bahwa uang yang diterimanya itu haram, namun karena kurangnya iman
serta keinginan bermewah-mewahan di dunia, mereka tetap mau menerimanya.
Ada
sebuah perumpamaan yang menarik untuk menggambarkan orang yang seperti ini.
Apabila uang yang halal itu kita ibaratkan sebagai parfum sedangkan uang yang
haram itu kita umpamakan sebagai kentut. Maka orang yang mau menerima uang
haram ibarat orang yang mencium bau kentut tetapi orang itu tidak segera
menyingkir, melainkan justru menghirupnya dalam-dalam dan menikmatinya. Mungkin
kita bisa tertawa dengan perumpamaan ini dan menganggap konyol orang yang mau
menghirup bau kentut. Namun mungkin itu perumpamaan yang paling tepat. Sebelum
orang tersebut menerima uang haram, dia
sudah tahu bahwa uang haram itu tidak baik dan tidak boleh diambil, tetapi dia
tetap nekat mengambilnya.
Hidung
kita telah memberikan pelajaran yang sangat berharga. Hidung memang bisa
mencium semua aroma, dari yang wangi hingga yang tidak sedap. Namun hidung juga
secara tegas berani menolak ketika disodori bau yang tidak sedap dengan meminta
tangan kita menutup hidung atau meminta tubuh kita pergi menjauhi sumber bau
tersebut. Kita pun seharusnya demikian, dalam memilih pekerjaan ataupun mencari
penghasilan kita harus memilih yang baik dan halal meskipun kita tahu ada
peluang memperoleh penghasilan dengan cara yang haram.
Orang
yang tidak mempedulikan halal atau haramnya uang yang didapatkan biasanya
cenderung mencampur uang yang halal dengan uang yang haram. Padahal uang halal dengan uang haram itu berbeda.
Uang halal jelas mendatangkan barokah sementara uang yang haram sebaliknya,
bahkan bisa saja mengakibatkan hal yang tidak kita inginkan. Lalu bagaimana
jika kita mencampur uang yang halal dengan uang yang haram? Kita umpamakan jika
uang yang halal itu parfum sementara uang yang haram itu air selokan kemudian
kita mencampurnya lalu kita gunakan pada pakaian kita. Kira-kira bau seperti
apa bau yang akan ditimbulkan? Akankah tetap wangi, tidak karuan, ataukah
menjadi bau yang tidak sedap? Tentu jawabannya tidak mungkin tetap wangi, bisa
saja menjadi tidak karuan atau bahkan menimbulkan bau yang tidak sedap.
Rasulullah
saw. telah mengingatkan kepada kita tentang kerugian apabila kita mengkonsumsi
barang yang haram. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda,
“Seorang laki-laki menempuh perjalanan jauh, rambutnya masai dan penuh debu. Dia menadahkan kedua tangannya di langit sambil berkata, ‘Ya Rabbi! Ya Rabbi’ sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, bagaimana mungkin doanya dikabulkan?” (Riwayat Muslim).
Astagfirullahaladzim na’udzubillahimindzalik. Betapa besar kerugian yang ditimbulkan dari mengkonsumsi barang haram hingga doa kita menjadi taruhannya. Semoga kita terhindar dari barang-barang yang haram, baik itu dari pekerjaan, penghasilan, makanan, minuman, pakaian, atau hal-hal haram lainnya. Mari kita tiru hidung kita yang hanya ingin menghirup bau yang wangi dan selalu berusaha menghindari bau yang tidak sedap.
“Seorang laki-laki menempuh perjalanan jauh, rambutnya masai dan penuh debu. Dia menadahkan kedua tangannya di langit sambil berkata, ‘Ya Rabbi! Ya Rabbi’ sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, bagaimana mungkin doanya dikabulkan?” (Riwayat Muslim).
Astagfirullahaladzim na’udzubillahimindzalik. Betapa besar kerugian yang ditimbulkan dari mengkonsumsi barang haram hingga doa kita menjadi taruhannya. Semoga kita terhindar dari barang-barang yang haram, baik itu dari pekerjaan, penghasilan, makanan, minuman, pakaian, atau hal-hal haram lainnya. Mari kita tiru hidung kita yang hanya ingin menghirup bau yang wangi dan selalu berusaha menghindari bau yang tidak sedap.
Terima kasih infonya gan.
BalasHapusLumayan buat nambah wawasan.
Gema Parfum
Cara Menyimpan Parfum yang Baik dan Benar.
----------