Tulisan ini hanya sebuah wacana yang
timbul setelah saya menonton acara “Jika Aku Menjadi” sekitar dua minggu yang
lalu. Saya tidak akan membahas lebih jauh tentang acara itu karena saya sendiri
tidak menonton dari awal. Di sini saya hanya menceritakan sepenggal adegan yang
membuat saya terhenyak dan terdiam. Pada episode itu, terdapat seorang nenek
yang telah berusia lebih dari enam puluh tahun dipanggil oleh pak RT-nya. Saya
kurang memperhatikan waktu itu apa pekerjaannya, tapi kondisinya sangat
kekurangan dan dia sebatang kara. Di tempat pak RT itulah, si nenek diberi kain
kafan dan disuruh mencicil Rp 2.000,00 per minggu. Si nenek sempat kebingungan.
Pak RT-nya lalu menjelaskan hal itu dilakukan karena usia nenek yang sudah tua
dan bertujuan untuk berjaga-jaga jika suatu hari nenek itu meninggal. Ketika
sampai di rumah nenek itu kemudian menangis, berpikir bahwa ajalnya telah
dekat. Dia kemudian dihibur oleh kontestan dalam acara tersebut.
Baiklah, kita tidak usah berbicara
lebih jauh mengenai reality show ini. Terlepas apakah adegan dalam cerita benar
atau direkayasa demi kepentingan hiburan, saya hanya ingin menyorot masalah
kain kafan yang telah dimiliki sebelum
meninggal. Jujur saya sempat terdiam ketika menonton adegan ini. Saya tidak
bisa membayangkan apa yang ada di pikiran saya jika saya diberikan kain kafan padahal
saya masih hidup dan sehat. Mungkin yang ada di pikiran saya tidak jauh berbeda
dari yang dipikirkan nenek tadi, yaitu diingatkan akan kematian yang sudah
menunggu kita. Lalu, bagaimana dengan teman-teman yang lain? Apakah yang ada di
pikiran kalian jika mengalami peristiwa seperti nenek tadi?
Entah dapat pikiran dari mana, namun
di pikiran saya kemudian terlintas ide bagaimana yaa seandainya kita menaruh
kain kafan dalam lemari kita? Apalagi jika ditaruh pada bagian paling atas? Layaknya
baja-baju kesukaan kita atau baju-baju yang memang telah dipersiapkan untuk ke
suatu acara. Mampukah hal ini mengingatkan kita akan kematian? apalagi setiap
hari kita membuka lemari, minimal 2x setiap habis mandi.

Hmmm.... Rasanya maksud menaruh kain
kafan di lemari sudah mulai terbaca, yaitu untuk mengingat kematian agar kita
tidak sembarangan dalam bertindak. Selama ini banyak orang yang ketakutan dan
paranoid mendengar kata kematian. Beberapa alasan kuat adalah kematian
merenggut kesempatan mewujudkan keinginan yang belum terlaksana. Alasan klise
lainnya adalah kebelumsiapan menghadapi kehidupan sesudah mati karena merasa
banyak dosa dan belum bertaubat. Tapi haruskah kita setakut tiu? Saya rasa
tidak. Jika kita takut, maka hidup kita tidak produktif. Kematian itu sesuatu yang pasti, tidak bisa dihindari, dan
tidak bisa diprediksi. Kematian bisa menjadi surprise di mana saja, kapan saja,
dan dalam situasi apa saja. Mau lagi senang, bingung, maupun sedih, tanpa pengecualian.
Saya sendiri pernah merasakan dekat dengan kematian saat mengalami kecelakaan.
Alhamdulillah masih diberi umur sampai sekarang.
Kematian jelas akan datang pada
kita. Masalah waktunya tidak ada seorang pun yang tahu. Namun di sinilah
keuntungannya. Dengan tidak mengetahui waktu kita mati, kita bisa punya banyak
keinginan seakan kita berumur panjang. Namun kita juga bisa merasa bahwa
kematian bisa datang kapan saja, bahkan di waktu yang dekat. Oleh karena itu,
kita harus memaksimalkan waktu yang kita punya untuk mewujudkan sebanyak-banyaknya
keinginan kita. Kita juga harus memaksimalkan waktu kita untuk melakukan
hal-hal yang berguna, baik bagi diri kita sendiri maupun orang-orang di sekitar
kita. Satu yang jelas, umur kita terus berkurang. Jadi, mari efektifkan waktu
kita yang tersisa.
Jika boleh mengilustrasikan,
kematian yang pasti datang pada kita ibarat pesawat kertas yang kita terbangkan
pasti akan jatuh ke bumi. Pesawat itu pasti jatuh, namun selama terbang di
udara pesawat itu punya pilihan, yaitu akan terbang bermanuver atau hanya
mengikuti gaya gravitasi sampai dia jatuh. Sama seperti hidup kita yang
singkat. Apakah kita hanya akan diam saja membuang waktu kita untuk hal-hal
yang kurang jelas ataukah bermanuver melakukan banyak hal yang berguna dan
mewujudkan keinginan-keinginan kita sebelum kematian menjemput. Kita sendiri
jika mainan pesawat akan lebih senang jika pesawat kita bisa melakukan banyak
manuver karena terlihat lebih menarik.
So, kenapa kita tidak membuat hidup kita semenarik terbangnya pesawat buatan
kita?
Selama ini kita sering menunda-nunda
pekerjaan. Kita sering bilang “ah ntar aja” atau “kan masih ada hari esok”.
Padahal kita sendiri tidak pernah tahu apakah besok kita masih hidup dan punya
kesempatan mengerjakan apa yang kita tunda sekarang. Selama ini kita sering
melakukan sesuatu berdasarkan deadline. Jika ada tugas dikumpulkan besok, maka
malamnya kita habis-habisan ngerjain. Jika besok ujian, kita sekarang
mati-matian cari bahan dan belajar. Jika kita telah beli tiket kereta untuk
pergi besok, maka malam ini kita packing pakaian dan apa yang mau kita bawa.
Sedangkan mati, kita tidak tahu kapan? Tapi apa kita hanya akan diam saja? Sama
seperti ulangan mendadak dari guru kita, jika kita tidak siap maka kita yang
akan menyesal setelahnya.
Sekali lagi, kita tidak perlu takut
akan kematian. Kita hanya harus melakukan sebanyak mungkin hal positif selagi
kita punya kesempatan. Kembali ke judul,
fungsi kain kafan dalam lemari mungkin sama dengan kita menyetel alarm di pagi
hari. Kita menyetel alarm agar kita bisa bangun pagi, alarm akan berbunyi
membangunkan kita ketika hari mulai pagi. Terserah kita, mau bangun atau tidak
setelah alarm berbunyi. Yang jelas hari sudah pagi dan kita tahu sendirinya
resikonya bila bangun terlambat. Begitu juga dengan kafan, dia akan
mengingatkan kita bahwa waktu memakainya akan semakindekat. Kemudian terserah
kita, mau melakukan perubahan diri dan mengefektifkan waktu atau tidak. Dia hanya
sebagai pengingat.
Di sini sebenarnya saya juga berkaca
kepada teman-teman saya yang telah menuai keberhasilan karena efektif dalam
menggunakan waktu. Oleh karena itu, saya tidak ingin membuang banyak waktu saya
percuma lagi. Teman, kita sudah diingatkan oleh surat Al-Ashr bahwa kita dalam
keadaan yang merugi dalam menggunakan waktu. Kecuali apabila kita sabar dan
bertakwa. So, mari efektifkan penggunaan waktu kita dan tingkatkan ketakwaan
kita sambil tetap bersabar.
Oya,
dicoba atau tidak, itu pilihan masing-masing. Tapi bukan itu lho maksud utama
dari tulisan ini. Maksud utamanya adalah agar kita mengefektifkan penggunaan
waktu kita. Jangan sampai ada waktu yang terbuang percuma. Setiap waktu harus
menjadi saat-saat yang berarti. Jika enggan mengenakan kain kafan sebagai
pengingat, kita bisa menggunakan hal-hal lain. Mungkin cukup dipahami saja dan
disimpan dalam hati. Biar hati nurani kita yang mengingatkan diri kita saat
kita akan melangkah ke hal yang tidak baik. Catatan ini juga tidak bermaksud
melarang bermain. Karena bermain juga bagian dari kebutuhan manusia dalam
bersosialisasi dengan sesamanya. Bermain pasti juga menjadi bagian dari
keinginan kita. Cuma proporsinya harus diperhatikan agar tidak meninggalkan
hal-hal lain yang lebih penting.
Sebagai
akhir tulisan, saya mau minta maaf. Tulisan ini hanyalah sebuah wacana yang
keluar dari keterbatasan dan kedangkalan otak saya. Jika ada hal-hal yang salah
atau kurang pantas, mohon diberikan koreksi. Meski demikian, saya harap tetap
ada manfaat yang bisa dipetik dari wacana “aneh” ini. Bagaimana teman-teman?
Silahkan jika ada yang akan memberikan tambahan, masukan, saran, ataupun
kritikan agar kita semakin baik dan bijak dalam menjalani kehidupan.
ah, wacana yang ga aneh, Aan..^^
BalasHapusa nice articel..
siip...makasii sudah mengingatkan tentang kematian, yah..
Makasih An. Eh blogmu tampilannya kok bisa gitu keren An? Caranya gimana? Kamu tahu blog penulis atau penerbit nggak An?
BalasHapusIya insya Alloh aq bli kainkafan utk persiapan matiq.kerna memang manusia pastimati.rasul saw meninggal 60thn.
BalasHapusIya insya Alloh aq bli kainkafan utk persiapan matiq.kerna memang manusia pastimati.rasul saw meninggal 60thn.
BalasHapusSy malah kepikiran pingin fitting kain kafan seperti org2 yg fitting baju pengantin. Lalu difoto, seperti apa penampakan sy saat berbusana terakhir itu..
BalasHapusDibedakin, di kapasin, di kasih kapur Barus
HapusFitting kain kafan kita, seperti nya sangat manjur untuk membuat kita serius dgn hidup ini...
BalasHapusBoleh di coba
BalasHapus