Sirih
merah (Piper betle L var Rubrum) memiliki khasiat untuk menyembuhkan
banyak penyakit, seperti darah tinggi, kolestrol, diabetes, bahkan hingga
penyakit seperti kanker. Tanaman ini tidak berbeda jauh dengan tanaman sejenisnya,
yaitu sirih hijau yang berkhasiat untuk mengobati mimisan. Bedanya pada bagian
bawah sirih merah berwarna merah sedangkan pada sirih hijau berwarna hijau.
Sementara pada bagian atasnya, sirih merah berwarna hijau dengan bintik-bintik
merah sedangkan pada sirih hijau berwarna hijau polos.

Dengan
cara demikian, tanaman tumbuh dengan cepat. Dalam beberapa minggu, tanaman ini
telah menjalar ke atas. Akan tetapi, cobaan datang kembali. Ketika tanaman
sirih merah kami mulai tumbuh besar, arah tumbuhnya justru mendekati tanaman
sirih hijau. Akibatnya, beberapa lembar daun sirih merah berubah warna menjadi
hijau. Aneh memang tapi benar-benar terjadi. Kami pun tak mengerti. Mungkin ada
banyak teori botani yang bisa menjelaskan fenomena ini. Namun saya berprasangka positif saja pada tanaman ini, bahwa dia bisa
beradaptasi dengan baik menyesuaikan kultur tanaman di lingkungannya. Inilah
pelajaran pertama yang bisa kita petik, kita harus bisa beradaptasi dengan
lingkungan di mana kita berada, kita harus bisa menyesuaikan dengan kultur
budaya masyarakat setempat. Kita mungkin memiliki perbedaan, namun alangkah
baiknya bila perbedaan itu tidak kita tonjolkan dan kita berusaha menyatu dalam
kesatuan dengan masyarakat.
Akibat
berpengaruh terhadap perubahan warna sirih merah. Maka tanaman sirih hijau
kami, kami musnahkan. Tidak lain dikarenakan khasiat sirih merah lebih banyak
daripada sirih hijau. Selain itu, harga ekonomisnya lebih tinggi dan kami telah
susah payah merawatnya agar tumbuh besar. Sekedar informasi, banyak yang
bercerita bahwa harga tanaman sirih merah ini dihitung melalui daunnya. Setiap
lembar daun dihargai Rp 5.000,00 sehingga rumus harga tanaman sirih merah ini
adalah: banyaknya daun x Rp 5.000,00. Namun demikian, kami tidak berniat
mengkomersialkannya.
Setelah
tanaman sirih hijau kami hilangkan, tanaman sirih merah ini kembali kepada
kodratnya, kembali memerah. Tanaman ini sering dipetik daunnya oleh ibu saya
untuk dikonsumsi sebagai obat. Beberapa tetangga dan saudara juga sering
mengkonsumsinya, juga untuk obat. Tanaman sirih merah ini rasanya sangat pahit.
Cara mengkonsumsinya adalah dengan memetik 3 atau 5 helai daun, kemudian
direbus dengan air 3 gelas menjadi 1 gelas air saja. Untuk pengobatan rutin,
bisa diminum 2x sehari, pagi dan sore. Ada peraturan yang menyebutkan,
mengkonsumsinya harus kelipatan ganjil. Saya sendiri tak mengerti apa
alasannya?
Saya
sendiri pernah mencoba mengkonsumsinya. Saya petik 1 helai daun yang berukuran
kecil kemudian saya rebus dengan 3 gelar air dan saya jadikan 1 gelas air.
Ketika saya mulai meminumnya, ternyata rasanya benar-benar pahit. Untuk
menghabiskannya, saya terpaksa minum sirih merah ini dengan disertai makan
kerupuk udang agar tidak kepahitan. Mungkin baru kali ini ada orang minum jamu
pakai kerupuk, biasanya kan pakai madu atau telur. Namun ternyata efeknya luar
biasa. Pada malam hari saya minum, kemudian tidur, maka pagi harinya badannya
saya terasa ringan dan sangat segar. Ini berarti tanaman ini juga berfungsi
untuk melancarkan peredaran darah.
Tanaman
ini saat ini telah tumbuh menjalar hingga ke atap rumah. Beberapa kali sudah
tanaman ini kami potong. Namun tanaman ini seperti membandel. Meski berulang
kali dipotong, tanaman ini tetap tumbuh dengan pesat dan lagi-lagi mencapai
atap rumah kami. Selain itu, tanaman ini punya keunikan lain, semakin besar
daunnya pun semakin lebar.

Sebagai
pembanding, kami juga memiliki tanaman yang sejenis dengan sirih merah, yaitu
keladi air. Tanaman ini memiliki banyak kesamaan dengan sirih merah. Berdaun
hati, tumbuh menjalar, terdapat akar di setiap pangkal daunnya, bisa
dikembangbiakkan dengan teknik merunduk, serta semakin besar maka daunnya juga
semakin lebar. Perbedaanya hanya terletak pada kecepatan tumbuhnya. Tanaman ini
kami tanam di pinggir kolam. Beberapa tahun yang lalu, tanaman ini juga sempat
tumbuh mencapai atap rumah kami. Karena terlalu rimbun dan merusak cat dinding
rumah kami, maka tanaman ini kami potong. Hingga sekarang tanaman ini belum bisa
tumbuh besar lagi, panjangnya masih sekitar 1 meter, padahal tanaman sirih
merah kami telah merajalela memenuhi kawat-kawat yang kami pasang sebagai media
menjalarnya, bahkan telah melampaui hingga mencapai atap rumah.
Perbedaan
mencolok dua tanaman sejenis ini patut didiskusikan atau bahkan diteliti.
Mungkin bisa menjadi obyek skripsi bagi teman-teman yang kuliah di jurusan yang
sesuai dengannya. Namun saya beranggapan bahwa tanaman sirih merah cepat tumbuh
karena daunnya sering dipetik untuk dijadikan obat bagi manusia. Sementara daun
keladi air tidak pernah dipetik untuk mengobati manusia. Dari fenomena ini, seakan-akan tanaman sirih merah ingin memberitahukan
kepada kita bahwa dia sebagai tanaman mempunyai semangat yang tinggi untuk
membantu manusia. Kenapa kita yang manusia terkadang masih enggan untuk membantu sesama?
Sekali
lagi ini hanyalah argumen pribadi saya, pasti ada teori botani yang bisa
menjelaskannya. Jika belum ada, maka layak diteliti. Atau mungkin ada diantara
teman-teman yang ingin menguji hipotesis saya? Tapi dibalik semua itu, lebih
baik kita mengambil sisi positifnya saja. Dunia ini menyimpan banyak ilmu dan
pelajaran. Kita tidak perlu ragu atau malu untuk belajar dari alam. Bukankah
bentuk helikopter dan pesawat meniru bentuk capung dan burung? Bukankah pondasi
untuk pilar-pilar gedung meniru bentuk cakar ayam?
Pelajaran
positif yang dapat kita petik dari pengalaman hidup sirih merah ini adalah kita
harus bisa beradaptasi dengan lingkungan di mana kita berada dan kita harus
punya kemauan serta semangat yang tinggi untuk membantu dan menolong siapapun
yang membutuhkan. Kita pun harus mengingat hadits Rasulullah saw. yang menyebutkan
bahwa sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling banyak manfaatnya bagi
sesamanya.
Rasulullah bersabda,
“Orang beriman itu bersikap ramah
dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak ramah. Dan sebaik-baik manusia
adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabarani dan Daruquthni)
So,
sirih merah saja sudah membuktikan manfaatnya pada kita. Sekarang giliran kita
membuktikan bahwa kita tidak hanya bisa bernafas, tapi bisa bermanfaat juga
bagi sesama. Ok?!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar