Minggu, 04 November 2018

Dua Hal


Balkon Kos Dinas Imigrasi Nomor 19, Taman Giri, Badung, Bali


03 November 2018 pukul 22.30 WITA sambil menikmati gemerlap lampu kota diiringi derap tetesan hujan, nyanyian tokek, dan semangkok pop mie.

 ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Ada dua hal yang susah dikendalikan manusia...

Pertama, rotasi bumi...

Kedua, perasaan ketika hati telah tertaut...



Ada dua hal yang saat ini menjadi teka-teki viral...

Pertama, bagaimana Lion Air Jt-610 bisa jatuh?

Kedua, bagaimana aku bisa jatuh hati padamu?

Yang jelas, keduanya benar-benar terjadi...



Kalau hati ini ibarat talud...

Mungkin sebentar lagi akan jebol karena derasnya perasaan yang mengalir...



Kalau rindu itu ada label harganya...

Aku akan jadi orang yang bangkrut karena memborong rindu padamu...

Jadi... obatilah rinduku...

Atau kamu siap hidup bangkrut denganku.. ^^,

Selasa, 19 Desember 2017

Drama CPNS


Keinginanku mengikuti tes CPNS terlecut ketika temanku pada tahun 2014 lolos sebagai CPNS di Ombudsman RI. Saat itu aku yang mengantarkan dia mengikuti tes di BKN Cawang, Jakarta. Kosku menjadi tempat bermalamnya. Ketika dia berhasil, maka aku pun termotivasi mengikuti tes CPNS ketika ada penerimaan CPNS di Kemenkumham. Aku pun mendaftar di hari pertama pendaftaran.

            Setelah mendaftar, hari-hariku diselimuti kecemasan. Menjadi sedikit lega ketika diumumkan lolos administrasi dan dibolehkan mengikuti tes. Hari yang dinantikan tiba. Dengan seragam putih hitam, aku melangkah ke lokasi tes. Bibir tak pernah berhenti mengucap doa. Namun justru aku dan banyak peserta lain harus kecewa. Pelaksanaan tes ditunda karena ada sedikit gangguan teknis. Meski jujur, itu juga jadi keuntungan karena bisa belajar lagi.

          Waktu perjuangan sesungguhnya tiba. Dengan semangat tinggi, aku melangkah ke lokasi tes. Perasaan bercampur aduk, tetapi tetap memelihara asa. Ketika berada di depan komputer dan telah mengisi pin ujian, sekilas terlintas lagi dibenakku saat-saat aku diremehkan oleh orang lain. Dengan berteriak “Ya Rahman Ya Rahim” dalam hati, aku tekan tombol enter dan mulai mengerjakan ujian.

         Aku terhenyak ketika layar komputerku tiba-tiba berubah. Bukan lagi lembar soal. Namun sesaat kemudian aku tersenyum manakala menyaksikan hasil tes TKD-ku memenuhi syarat lolos. Komputer menjadi yang pertama memberikan selamat kepadaku. Meski dalam hati masih memendam kekhawatiran karena nilai yang rendah. Apakah aku bisa lolos ke tes TKB?

         Hari-hariku hanyut dalam gundah gulana. Puncak kegundahan, saat aku memutuskan mendaftar CPNS di gelombang kedua. Hanya berselang dua hari sebelum pengumuman kelulusan tes TKD Kemenkumham.

       Kegundahanku akhirnya buyar ketika melihat pesan WA saat bangun tidur. Adalah sahabat dekatku sesama peserta tes CPNS pengirimnya. Ia mengirimkan pengumuman peserta yang lolos tes TKD dan namaku terselip diantaranya. Aku pun sujud syukur dan tidak jadi mendaftar gelombang kedua.

          Persiapan untuk tes TKB mulai aku lakukan. Aku mendownload materi tes dan menyimpannya di flashdisk. Ketika mendekati tes, baru nanti mau aku baca. Namun keinginan tinggallah keinginan. Rencanaku gagal akibat pekerjaan yang semakin menggila mendekati tanggal tes. Aku harus menyiapkan setumpuk dokumen guna pelaksanaan akreditasi jurusan yang waktunyaa bertepatan dengan waktu tesku. Sabtu Minggu pun aku lembur sehingga tidak sempat membaca materi yang aku download

            Sehabis subuh, aku memaksakan diri untuk membaca materi setidaknya sekali. Mata yang pedas karena terlalu lama lembur di depan komputer aku acuhkan demi belajar. Meski hanya berapa persen yang terserap karena aku harus bergegas ke lokasi tes.

            Berbeda dengan tes TKD, aku berangkat dengan sisa keoptimisan. Dengan soal multiple choice, aku berharap dapat menerka jawaban yang benar. Namun baru soal pertama, aku sudah terhenyak. Sebabnya, pertanyaan yang diajukan bukan termasuk materi yang aku pelajari. Hal itu berlanjut ke soal berikutnya. Hanya 30 persen yang sesuai materi yang aku pelajari. Itupun, tidak terjawab benar semua.

            Saat penghakiman tiba dan langsung membuatku lunglai. Layar monitor menampilkan nilai ujianku yang sudah sesuai perkiraan. Rasa pesimis tumbuh dengan subur di benakku dan semakin subur saat aku memantau nilai online dari layar yang disediakan panitia.

            Pasrah. Hanya itu yang dapat kulakukan. Tetap berdoa dengan sedikit harapan. Tapi juga sudah belajar untuk mengikhlaskan. Memang masih ada wawancara yang bisa mendongkrak nilai. Masalahnya, bisakah aku melewati wawancara dengan baik?

            Ibarat orang di tengah peperangan, sudah penuh luka, mundur pun belum tentu selamat, justru mendapatkan malu, sementara jika maju, masih ada harapan untuk menang. Aku pun memilih untuk tetap mengikuti wawancara. Tak ada persiapan khusus, hanya berusaha lebih tenang.

            Tiba giliran namaku dipanggil untuk masuk ke ruangan wawancara. Berdebar itu pasti, tapi tetap mencoba tenang. Pasrah pada Allah Ta’ala. Jika memang ini rezekiku, pasti ada jalan.

            Setengah jam wawancaraku berlangsung. Pertanyaanya standar, mengenai motivasi dan seputar pekerjaan. Namun tetap saja ada momen yang membuatku grogi. Seperti saat pewawancara memelototiku saat berusaha memberikan jawaban. Namun di ujung wawancara, beliau memberikan senyum manis dan memintaku untuk banyak berdoa. Entah itu kode baik atau buruk, yang pasti nasihatnya aku jalankan.

            Waktu terasa semakin lama setelah itu. Dua hari menjelang pengumuman, aku sudah gelisah dan susah fokus kerja. Apalagi di saat tanggal pengumuman, rasa gelisahku mencapai puncaknya. Seperti dentuman drum yang terdengar semakin cepat, seperti itu degup jantungku menunggu pengumuman yang mundur beberapa jam waktunya.

Tiba-tiba HP-ku bergetar dengan sangat intens. Ternyata itu dari grup WA peserta CPNS. Pengumuman kelulusan sudah keluar. Aku mencari namaku dengan search pdf, tetapi tidak menemukan namaku. Lalu ada WA lagi dari sahabat seperjuanganku dan dia mengucapkan selamat dengan melampiri screenshot yang memuat namaku. Alhamdulillah. Aku menyampaikan ini kepada kedua orang tuaku dan kami langsung sujud syukur bersama.



Senin, 12 Juni 2017

Menemukan Rasa



Kemarin…

Aku seperti berada di padang pasir

Sejauh mata memandang

Hanya hamparan pasir



Ke mana utara? Di mana selatan?

Tak mudah ku temukan

Tak mampu ku mengenal arah

Tersisa hanya tubuh yang lelah



Kering dan dahaga

Senantiasa jadi sahabat setia

Sepi dan sendiri

Tak ubahnya teman sejati



Kakiku terus melangkah

Meski tak tahu ke mana

Sampai di ujung lelah

Baru sadar aku di mana



Sebentuk oase, terjejak oleh kakiku

Tak percaya, ku ayunkan tanganku

Ya, basah dan bergemericik

Yakinkanku ini bukan fatamorgana

Bukan ilusi mata yang fana



Kuteguk dan kurasakan segarnya

Seketika terkumpul lagi kepingan tenaga

Yang kemarin terkuras oleh nestapa



Mataku seakan tak percaya

Logikaku membisikkan bahwa ini realita

Aku temukan apa yang aku damba

Aku hidupkan yang sebelumnya angan belaka


 
Iya, ini nyata

Seperti saat kita bisa bersama

Iya, ini penuh haru

Saat aku menemukanmu



Seperti oase yang membasuhku

Kau segarkan hidupku

Seperti mentari yang mengangkasa

Kau tunjukkan arah bahagia



Tetap jadi oaseku yang mempesona

Memberi warna tak kasat mata

Namun terasa indah di jiwa

Terimakasih, sahabat luar biasa


Senin, 10 April 2017

Kalau Sudah Waktunya Sholat, Segera ke Masjid


Yaph, ini pengalaman pribadi yang menjadi pelajaran penting. Bermula dari urusan perut yang susah dikendalikan.

Jumat, sekitar jam 10.00 waktu UNDIP aku diajak oleh seorang teman untuk makan mie di lantai 3. Waktu itu perutnya sudah keroncongan sampai dangdutan. Saya yang waktu itu masih ada pekerjaan, tidak mengiyakan namun juga tidak menolak.

Namun sejam berselang, konser yang sama diusung oleh perutku. Akhirnya aku harus mengulang lagi ajakannya tadi.

“Jadi makan nggak Mas Agus?” tanyaku pada minatnya yang sempat terabaikan.
“Ini udah jam 11. Apa nggak mepet sama Jumatan? jawabnya ragu.
“Masih bisalah. Mie kan cepet. Adzan kan baru jam 12.” cerocosku ngotot karena kelaparan.
“Ok…!” sahutnya singkat

Akhirnya kami pun bergegas ke pentry yang ada di lantai 3. Aku memesan mie goreng tanpa telur kesukaanku sedangkan mas Agus memesan mi goreng dengan telur plus meminta jatah telurku dioper ke piringnya.

Suasana saat itu memang sudah sepi karena masuk jam istirahat. Beberapa pegawai laki-laki pun sudah mengganti sepatunya dengan sandal untuk melangkah ke masjid. Namun kami masih berbincang santai sembari menikmati aroma mie yang mulai masak.

Senyum kami langsung berkibar tatkala mbak Ju yang merupakan pegawai pentry membawa nampan berisi dua piring mie pesanan kami. Kami menyambutnya dengan antusias layaknya juara Olimpiade. Tak perlu sampai setengah menit, piring mie itu sudah pindah ke tangan kami.

Sedang asyik-asyiknya menyantap mie buatan mbak Ju, kami dikejutkan dengan sapaan seorang pria berpakaian hitam berwajah oriental.

“Permisi. Pak, mau nanya, kalau ruang buat acara PMK di sebelah mana yaa?” tanyanya.
“Apa itu PMK?” balas Mas Agus balik bertanya.
“Persekutuan Mahasiswa Kristen Pak” terang pria tersebut.
“Wah, saya kurang tahu.” jawab Mas Agus sembari mengunyah sisa-sisa mienya.
Namun tiba-tiba seorang wanita temannya, yang juga berpakaian hitam dan berwajah oriental, mengeluarkan pernyataan mengejutkan.
“Nah, mas ini temannya kan?” sambil menunjuk dan berjalan ke arahku.

Mendadak aku pun bengong. Mencoba mencernanya kalimatnya baik-baik. Ketemu juga barusan, kenal apalagi, kok bisa ngaku-ngaku temenku. Apalagi menjadi anggota organisasi keagamaan non muslim. Helloooo… Kapan aku pindah keyakinan???

“Wah.. saya nggak tahu bu! Masih baru di sini” timpalku sekenanya.
“Dia masih baru. Belum tahu. Mungkin kelas yang pojok itu.” mbak Ju bersuara memberi titik terang kepada dua orang berwajah oriental tersebut.

Mendengar keterangan mbak Ju, kedua orang itu kemudian bergegas ke ruang kelas yang dimaksud dengan meninggalkan ucapan terima kasih terlebih dahulu.

Setelah mereka menghilang dari pandangan, serempak tawa dari kami bertiga pecah menggelegar. Seketika itu pula aku jadi sasaran bullyan dari mas Agus dan mbak Ju. Mereka menganggap mata sipitku dan tampang yang sedikit keorientalan, membuat aku dikira sebagai temannya. Aku pun heran sejadi-jadinya. Apalagi saat itu aku memakai baju muslim. Memang sih baju muslimku model yang modern. Tidak terlalu terlihat sebagai baju muslim. Namun jika jeli melihat kerahku, jelas itu kerah baju muslim.

Akhirnya aku dan mas Agus segera menyelesaikan makan untuk kemudian bergeas ke masjid. Di sepanjang perjalanan, kami berdua masih tertawa mengingat momen yang baru terjadi. Namun ini pun menjadi tamparan keras sekaligus pelajaran berharga buat kami. Jika sudah masuk waktu sholat, bergegaslah ke masjid untuk sholat. Jangan menunda-nunda atau akan dianggap sebagai teman atau bagian kaum dari mereka yang non muslim.

Tulisan yang sekedar sebagai self-reminder. Kalau pun ada sedikit bahasan tentang agama, sama sekali tidak ada arah ke SARA lho yaa. Ok?! Semoga bermanfaat.


Sabtu, 29 Oktober 2016

Paragon, 6 Oktober



 
Di salah satu sudut Paragon, bersualah dua insan yang tengah mencari jatidirinya. Lhoh, emang jatidirinya pada di taruh di mana? Ya, di Jatingalehlah… Hahaha…

Bukan-bukan, dua insan yang terpisahkan karena perbedaan Bapak dan Ibu tadi, sebenarnya sedang membangun mimpinya masing-masing. Mimpi yang cukup tinggi, mimpi yang perlu keyakinan diri.

Keduanya pernah mengalami masa yang begitu dekat dengan gemerlap kehidupan. Iyalah gemerlap, orang lampu kamarnya konslet, byar… pet… byar… pet… terus. Hahaha…

Di Paragon, mereka menyusun lagi puing-puing mimpi yang terserak, layaknya lego yang jatuh berantakan dihantam kaki-kaki yang melangkah tanpa kepedulian. Jiaah… bahasanyaa… bias buat “nggotek” pesawat tuh…

Ya, pada akhirnya mereka menyadari bahwa suatu rumah itu perlu atap, tiang, dan pondasi. Maklum selama ini mereka menganggap rumah itu cukup sebuah kubah sederhana, layaknya kurungan ayam atau rumah Patrick. Woooy… Penuliiis… Banguuuun!!! Jangaaan Ngigauuu…!!!

Kaleeem Cooy… Jika rumah diibaratkan sebagai sebuah tujuan besar dalam hidup, maka rumah memerlukan mimpi yang menjulang. Mimpi yang indah. Mimpi yang menunjukkan karakter dan eksistensi empunya. 

Lalu untuk mendukung atap, maka diperlukan tiang-tiang yang kokoh. Tiang-tiang ini berupa rangkaian usaha keras nan rapi dari empunya. Mustahil dengan usaha yang minimal dan asal-asalan, mampu menyokong atap yang indah.

Pondasi adalah dasar dari sebuah bangunan. Punya peran yang vital meski tidak telihat. Tanpa pondasi yang kuat, bangunan di atasnya tak akan berarti dan akan mengalami kehancuran. Lalu apa yang dimaksud pondasi dalam konteks di sini? Batu, besi,pasir, dan semen? Salah!

Pondasi di sini ialah kekuatan spiritual. Hubungan antara seorang hamba dengan Sang Pencipta yang dijewantahkan dalam bentuk rangkaian ibadah dan doa. Seberapa kuat pondasi bisa dibangun sangat bergantung pada kekuatan batu dan semennya. Dalam hal ini, ialah ibadah dan doanya.

Namun diluar itu, ada satu sikap atau pandangan yang sama, diambil oleh keduanya, yaitu tawakal.  Tawakkal ialah merupakan sikap menyerahkan keputusan kepada Sang Pengatur setelah berjerih payah dalam berusaha. 

Mereka masih menggantung tinggi mimpi mereka. Namun kali ini diberi kerekan. Lhoh… Apa maksudnya?
Maksudnya,setiap orang berhak untuk mencanangkan mimpi yang tinggi. Namun mimpi itu harus terukur. Layaknya mengibarkan bendera Merah Putih, usahakan lagu dan bendera bisa sampai di atas dengan bersamaan. Tidak ada yang saling mendahului atau mencurangi.

Untuk itu tinggi tiang bendera juga harus menyesuaikan dengan panjang lagu. Tidak mungkin menggunakan tiang yang setinggi Monas atau Eiffel. Karena pengibaran bendera itu memakai lagu kebangsaan, bukan sinetron Tukang Bubur atau Tersanjung. Hahaha... Makin ngaco aja neh penulisnya...

Membangun mimpi memang harus terukur dengan kemampuan empunya. Bahasa ilmiahnya, realistis. Soalnya kalau Real Madrid artinya terus bermimpi bisa juara La Liga lagi. Hahaha...

Kembali ke tawakal, kedua insan berlainan rupa ini (yaiyalah, kalau sama berarti kembar),sejujurnya tak terlalu berharap banyak pada apa yang tengah dikerjakan.

Mereka hanya mengerjakan apa yang mesti dikerjakan. Mengupayakan yang terbaik menurut benaknya masing-masing. Lalu mereka menyerahkan proposal usahanya kepada Sang Pengatur.

Beberapa waktu berselang, mereka secara bergantian mendapatkan kabar yang mampu mengerakkan otot bibirnya ke atas. Seperti tubuh dan bayangan, mereka akan memulai langkah di waktu yang bersamaan.
6 Oktober. Hanya berselang sehari dari HUT TNI. Hari yang tidak istimewa sampai mereka sadar, bahwa mereka telah mengarungi persahabatan yang istimewa sekian lama. 

Hari itu, mereka membuang kepingan lego masa lalu yang telah bengkok, patah, dan tergores. Lalu menyusun lagi lego sesuai mimpi mereka masing-masing, dengan konsep yang jauh lebih baik, namun realistis.

Hari itu, 6 Oktober di Paragon. Mall yang katanya paling bagus di Semarang, tapi menurut mereka biasa saja. Karena yang luar biasa istimewa, ada dalam persahabatan mereka. Cieeee....

Sekian cerita aneh dari penulis. Ngerti, alhamdulillah. Nggak ngerti, juga alhamdulillah. Pokoknya bersyukur. Hehehe...

Rabu, 27 Juli 2016

Wisata Religi di Semarang


Semarang merupakan sebuah kota yang terletak di pesisir utara Pulau Jawa sekalgus menjadi ibukota provinsi Jawa Tengah. Letaknya yang berada di daerah pesisir, membuat kota ini sejak zaman dahulu disinggahi oleh banyak pendatang. Ini membawa dampak pada beragamnya etnis maupun budaya yang tumbuh di Kota Semarang. Apalagi di zaman kolonial, kota Semarang menjadi salah satu pusat pemerintahan. Sehingga jangan heran apabila anda menjumpai bangunan eksotis berasitektur eropa di sudut kota ini.

Ketika anda berkunjung ke Semarang, mungkin hal yang pertama mengemuka di benak anda adalah, “Mana nih tempat yang asyik buat jalan-jalan di Kota Semarang?”

Tak perlu risau jika anda ingin bertamasya di Kota Semarang karena terdapat banyak destinasi wisata yang pasti menarik untuk dikunjungi.

Keberagaman etnis di kota Semarang membuat anda serasa mengunjungi beberapa negara sekaligus saat berada di Kota Semarang. Oleh karena itu, tema yang paling tepat diusung ketika anda berkunjung ke Semarang adalah wisata budaya atau wisata religi.

Berikut ini penulis sajikan tempat-tempat yang wajib dikunjungi di Kota Semarang karena keunikan dan keeksotisannya.

1.      Gereja Blendug

Gereja Blendug merupakan bangunan peninggalan kolonial Belanda yang terletak di kawasan Kota Lama Semarang. Dekat sekali dengan stasiun Tawang Semarang. Gereja ini merupakan gereja tertua di Jawa Tengah. Bagian atapnya yang menyerupai kubah masjid membuat gereja ini diberikan nama Gereja Blendug oleh masyarakat. Nama asli Gereja Blendug sebenarnya adalah G.P.I.B Immanuel.

Bangunan ini kental sekali dengan arsitektur eropa sehingga membuat anda tak menyadari jika anda masih di Indonesia. Fisik bangunannya sendiri berbentuk hexagonal atau bersegi delapan dengan kubah yang terbuat dari logam tembaga. Temboknya tebal dan kokoh layaknya bangunan eropa pada umumnya.

Di sampingnya terdapat Taman Sri Gunting yang juga tak kalah menarik. Keduanya menjadi spot menarik untuk berfoto bahkan untuk pre wedding sekalipun. Apalagi jika anda mengunjunginya ketika malam. Cahaya temaram dari lampu-lampu taman dan lampu jalan membuat tempat ini kian terasa eksotis.






2.      Klenteng Sam Poo Kong

Klenteng Sam Poo Kong terletak tidak jauh dari Tugu Muda maupun dari Bandara Ahmad Yani Semarang. Klenteng yang didominasi warna merah dan berserakan lampion ini membuat anda akan merasa seperti di negeri Tirai Bambu. Merupakan spot yang pas untuk memuaskan nafsu berselfie ria.

Klenteng ini memiliki beberapa altar dan terdapat patung Cheng Ho dalam ukuran raksasa. Di dalamnya terdapat gua batu dan sumur peninggalan Cheng Ho. Terdapat pula ukir-ukiran di dinding bagian dalam yang menceritakan perjalanan Cheng Ho. Sayangnya, tidak semua orang bisa masuk ke dalam maupun ke altar karena dikhususkan buat mereka yang berdoa saja. Sedikit cara agar bisa masuk adalah dengan membeli dupa terlebih dahulu.

Sam Poo Kong atau Cheng Ho sejatinya merupakan seorang Laksmana yang berasal dari China dan beragam Islam. Dalam pelayarannya, ada awak kapalnya yang sakit sehingga ia memutuskan singgah di Kota Semarang.

Cheng Ho sendiri sebenarnya termasuk penyebar agama Islam pada masa itu. Namun keadaannya berubah seratus delapan puluh derajat sekarang. Klenteng Sam Poo Kong justru menjadi tempat beribadah etnis Tionghoa yang beragama Kong Hu Cu. Namun sisi positifnya adalah ketika ada perayaan Imlek maupun hari besar etnis China lainnya, banyak festival diadakan di sini, tak terkecuali Barongsai.
                   
                                                                                  
3.      Masjid Agung Jawa Tengah

Masjid Agung Jawa Tengah merupakan salah satu masjid yang tidak hanya megah, tetapi juga indah. Masjid ini memadukan arsitektur Jawa, Arab, Yunani, dan Romawi. Berada di jalan Gajah, masjid ini bisa ditempuh dari Simpang Lima yang merupakan Landmark Kota Semarang dalam waktu 20 menit saja.

Ketika anda datang ke sini, pasti mata anda akan langsung tertuju pada enam buah payung hidrolik ala Masjid Nabawi. Ya, payung hidrolik memang menjadi salah satu keunikan dan daya tarik dari Masjid Agung Jawa Tengah. Namun ternyata payung tersebut bukan sekedar sebagai alat peneduh, melainkan mempunyai makna untuk melambangkan Rukun Iman yang berjumlah enam.

Terdapat pula kaligrafi ayat Al-Qur’an yang melingkar indah disangga dua puluh lima pilar yang berada di pelatarannya. Bentuknya mengingatkan kita pada Colesseum yang ada di Roma. Pilar-pilar itu sendiri melambangkan jumlah Rasul dalam agama Islam yang berjumlah dua puluh lima orang. Masih di area pelataran, terdapat kolam dengan air mancur yang berjumlah lima melambangkan lima Rukun Islam. Sedangkan sembilan air mancur yang terdapat di sepanjang jalan masuk masjid dari jalan raya melambangkan sembilan Walisongo. Penyebar agama Islam di Pulau Jawa.
 
Atap Masjid Agung Jawa Tengah merupakan perpaduan antara arsitektur Jawa dan Arab. Ciri khas arsitektur Jawa terlihat dari atap genteng yang bertingkat tiga, yang melambangkan tiga pokok ajaran Islam, yaitu Islam, Iman, dan Ihsan. Bedanya dengan masjid jawa lainnya adalah atap tertinggi masjid ini berupa kubah (bukan genteng) dan dikelilingi empat menara layaknya Masjid Nabawi.

Oya, jangan sampai anda melewatkan untuk naik ke menara Al-Husna yang berada di sisi luar masjid. Menara ini mempunyai ketinggian 99 meter yang melambangkan Asmaul Husna. Di dalamnya terdapat teropong yang berfungsi untuk melihat hilal dalam penentuan awal puasa dan hari raya Idul Fitri. Anda pun bisa untuk mencobanya. Dari menara, anda juga bisa melihat keindahan Kota Semarang. Yang pasti, anda akan menemukan banyak spot menarik di masjid ini untuk didokumentasikan sebagai kenang-kenangan.


4.      Pagoda Avalokitesvara

Pagoda Avalokitesvara merupakan Pagoda Budha tertinggi dan terindah di Indonesia. Pagoda ini terdiri dari tujuh lantai. Keseluruhan tingginya mencapai 45 meter. Pagoda ini terletak di tepi jalan utama Semarang – Solo. Persis di depan markas Kodam IV Diponegoro Semarang.

Ketika anda mulai masuk area pagoda, anda akan disambut pita-pita lucu warna merah yang digantung di daun-daun pepohonan. Di area Pagoda, anda juga akan menemukan banyak patung Dewi Kwam Im dan Patung Budha dalam berbagai pose yang menarik. Termasuk patung Dewi Kwam Im menghadap ke arah empat mata angin yang dipercaya untuk menebarkan welas asih ke segala penjuru. Anda boleh percaya atau tidak, kembali pada keyakinan masing-masing. Namun yang pasti, Anda jangan sampai kalah dari mereka untuk berpose menarik dalam jepretan kamera.

Secara fisik, pagoda ini berbentuk segi delapan. Tiang-tiangnya dihias dengan ukiran naga yang sangat mempesona. Bahkan tangga menuju pagoda pun tak luput dari ukiran tersebut. Tak ketinggalan, puluhan lampion menggantung di tiap langit-langit pagoda. Nuansa negeri China benar-benar akan menyelimuti anda. Jika anda masih ingat dengan film Kera Sakti, pagoda ini sangat mirip dengan pagoda yang ada di film tersebut

Di sekitar pagoda, terdapat beberapa bangunan, diantaranya Vihara Dhammasala, kolam ikan koi, patung kura-kura, batu berbentuk gong (cikal bakal daerah tersebut dinamakan watugong) maupun gazebo. Dari sejumlah bangunan tersebut, yang menjadi daya tarik kedua tentunya Vihara Dhammasala. Vihara Dhammasala terdiri dari dua lantai. Lantai pertama difungsikan sebagai aula sedangkan lantai kedua digunakan untuk beribadah umat Budha. Di dalamnya terdapat patung Budha berwarna emas dan disertai ukiran-ukiran menarik yang menceritakan perjalanan hidup manusia hingga ke akhir hayat.

            Itulah empat pilihan tempat wisata menarik nan unik di Kota Semarang. Khususnya bagi mereka yang senang mengenal beragam budaya atau sekedar mencari tempat yang mengesankan untuk berselfie dan dipajang di berbagai media sosial yang anda punya.

Kota Semarang tentu masih memiliki beragam tempat menarik lainnya yang akan sangat sayang apabila tidak anda kunjungi. Penulis akan mengulasnya lebih lanjut dalam kemasan dan tema yang berbeda tentunya. Yang pasti, anda harus mulai menyiapkan jadwal, pakaian, kamera, dan tentu saja budget serta tiket untuk dapat segera menikmati keeksotisan Kota Semarang. Tak perlu membawa dompet tebal karena tempat wisata di Semarang karcis masuknya murah dan oleh-olehnya pun terjangkau harganya. Masihkah anda akan melewatkan sensasi berada di banyak negara dalam satu kota? Kami tunggu kedatangan anda.




Maturnuwun. Sugeng Rawuh.