Selasa, 20 November 2012

Mistic? Believe or Not?



            Kejadian ini baru saja saya alami, tepatnya pada hari Jum’at satu minggu yang lalu. Pada hari itu saya hendak memenuhi undangan wawancara dari sebuah perusahaan otomotif yang berkantor di Yogyakarta. Wawancara saya dijadwalkan pukul 10.30 dan saya pun berangkat dari rumah pada pukul 06.50.

            Waktu yang sangat mepet dengan jarak tempuh perjalanan Semarang-Yogyakarta membuat saya memacu belalang tempur saya dengan kecepatan tinggi. Rata-rata kecepatan saya 100 km/jam. Ini saya lakukan agar ada jeda sampai di tempat tujuan sekaligus memberi space apabila terjadi hal yang tidak diinginkan di jalan, misalnya ban bocor. Semua berjalan lancar dan target waktu tempuh untuk setiap daerah telah terpenuhi.

            Memasuki Ambarawa sudah menunjukan pukul 07.50. Jalanan lumayan sepi sehingga saya dapat menjalankan kendaraan saya dengan kecepatan yang stabil seperti di atas, kecuali pada tikungan atau di belakang kendaraan berat. Saat saya melalui jalanan lurus secara otomatis naluri saya  mencoba memaksimalkan kecepatan apalagi jalan di depan saya kosong. Hingga secara mendadak ada bus yang tiba-tiba berhenti untuk menaikkan penumpang. Jarak saya dengan bus tersebut kurang lebih 10 meter. Otomatis saya segera mengerem motor saya. Tapi apa yang terjadi, rem belakang saya tiba-tiba blong dan sama sekali tidak berfungsi. Injakannya sangat dalam sementara jarak saya dengan bus semakin mendekat. Secara naluri saya pun segera mengarahkan motor saya ke kiri, keluar dari jalan raya dan melintasi tanah di pinggirnya. Saya tidak berani hanya mengerem dengan rem depan karena itu sangat berbahaya bagi saya.

Saat motor saya terus melaju untuk menghabiskan sisa gas, saya berharap tidak ada kendaraan yang melintas dari gang yang posisinya 90 derajat di sisi kiri jalan. Namun dugaan saya salah, dari dalam gas tersebut muncul sepeda motor. Untung saja melaju dengan kecepatan rendah sehingga motor saya dapat melintas mendahuluinya. Namun bukan hanya sepeda motor, muncul beberapa orang juga yang berjalan keluar dari gang di depan sepeda motor tersebut dan beberapa orang yang bergerak untuk naik bus. Dengan hanya mengandalkan kepasrahan, sambil berharap-harap cemas, saya berusaha mengendalikan motor saya agar tidak menabrak siapapun. Akhirnya saya berhasil melintas di depan orang yang berjalan keluar dari gang dan berhenti di belakang orang yang mau naik bus. Saya pun berhenti sejenak karena memang shock.

Saya langsung mengecek rem saya. ternyata memang blong dan sangat dalam injakannya tanpa berfungsi sedikit pun untuk mengerem. Karena rem belakang saya cakram, saya belum berpengalaman menangani hal seperti ini. Jika pada tromol, dapat diatasi dengan mengencangkan baut rem. Namun cakram kan tidak seperti itu. Agak aneh juga jika rem cakram tiba-tiba blong tanpa ada tanda-tanda sedikitpun sebelumnya. Kemungkinan besar menurut saya adalah kampasnya habis meskipun tetap saya menganggapnya aneh.

Saya pun sempat kebingungan dengan situasi ini. Saya masih setengah perjalanan, tapi salah satu senjata saya tidak optimal. Otomatis ini membuat saya tidak bisa memacu kendaraan saya dengan kecepatan tinggi lagi karena resikonya akan sangat besar. Apakah saya dapat tiba di lokasi tepat waktu? Saya simpan itu dalam harapan saya. Saya pun kemudian kembali melaju dengan kecepatan sedang dan menjaga jarak dengan kendaraan di depan saya. Sambil berjalan saya terus mencoba-coba rem belakang saya. Pada jarak sekitar 2-3 kilometer dari tempat kejadian, saya merasakan bahwa rem belakang saya mulai berfungsi meskipun harus diinjak dengan sangat dalam. Untuk meyiasati situasi ini, kaki kanan saya sudah setengah menginjak rem agar jika tiba-tiba harus berhenti dapat berhenti dengan sigap. Saya pun mulai berani menambah laju kecepatan saya karena saya telah memastikan rem saya berfungsi meski harus menginjaknya dalam-dalam. 

Ketika perjalanan telah memasuki daerah Secang hingga Magelang, saya merasakan bahwa rem belakang saya mulai kembali mendekati normal. Tidak lagi dalam, sudah cukup pendek jarak injakannya dan cukup berfungsi dengan baik. Mengetahui kondisi yang sudah seperti normal dan stabil, saya pun kembali berusaha melaju cepat dengan tetap memperhatikan kondisi jalan yang semakin ramai karena masuk kota. Saya sempat berhenti sejenak untuk beli minum dan istirahat sekitar 5-10 menit sebelum kembali melanjutkan perjalanan. Setelah melewati Magelang di mana jalan kembali sepi, saya pun menambah kecepatan motor saya hingga sampai tujuan.

Sampai di kantor menunjukkan pukul 10.07. cukup waktu untuki menghela nafas dan istirahat sejenak. Setelah masuk, saya ke kamar mandi dulu untuk membasuh keringat yang bercucuran dan rapi-rapi. Setelah itu, saya diminta mengisi formulir. Di sini, akhirnya saya bertemu dengan seorang kakak kelas saya yang juga akan mengikuti wawancara. Setelah mengobrol sambil mengisi formulir, kemudian saya dipanggil untuk wawancara.

Setelah selesai wawancara, motor saya, saya servis di bengkel kantor tersebut. Memang sudah waktunya nih motor perlu diservis dan ganti oli setelah hampir selama dua minggu keliling Jawa Tengah dan DIY. Sambil menunggu motor saya diservis, kemudian saya bersama kakak kelas saya melakukan sholat Jum’at dan makan siang. Setelah makan, kembali saya menengok motor saya. Saya tanyakan bagaimana motor saya? bagaimana remnya? Apa ada yang perlu diganti? Mereka menjawab bahwa motor saya sudah selesai dikerjakan dan remnya baik-baik saja tanpa perlu ada penggantian apapun. Sempat heran, kemudian saya coba remnya dan rasanya masih sama seperti belum diservis. Memang berfungsi sih, tapi entah mengapa kok kurang mantap. Apa memang sebenarnya tidak terjadi masalah apapun dengan rem belakang saya? Lalu mengapa tadi bisa blong? Belum sempat menemukan jawaban atas pertanyaan dalam benak saya, sudah saya bayar dulu jasa servisnya.

Keesokan harinya saya kembali ke Semarang dengan kecepatan normal sesuai versi saya. Penjelasannya untuk perjalanan ke luar kota berjalan pelan itu melelahkan, jadi berjalan cepat namun dengan kecepatan yang tidak sampai membuat kita tegang. Intinya berjalan cepat tapi tetap rileks. Sempat muncul kekhawatiran jika terjadi apa-apa, tapi kembali optimis. Toh dari bengkel juga bilang tidak ada masalah.

Karena sudah agak sore saya pulang, saya memutuskan tidak lewat jalan utama, melainkan lewat jalan alternatif. Entah lewat mana itu, pokoknya setelah pom bensin jambu saya belok ke kiri mengikuti travel yang ke Semarang. Saya tidak mau lewat jalan utama karena pasti akan banyak menemui truk pasir yang menjengkelkan. Saya sengaja mengikuti travel karena saya sendiri belum pernah lewat situ dan takut nyasar. Hingga akhinya travel berjalan pelan karena didepannya ada truk pasir, terpaksa saya pun mendahului keduanya. Saya kemudian melaju sendiri di tengah hutan dengan kecepatan sedang karena jalan licin sehabis hujan. Hanya mengandalkan sedikit perasaan dan sedikit logika untuk menentukan jalan yang tepat. Ditambah situasi saat itu sudah Maghrib sehingga langit pun berangsur gelap. Saya pun baca-baca surat pendek untuk menghibur diri. Sesekali ada motor melintas dari arah berlawanan. Hingga akhirnya saya kembali ke jalur utama sebelum pasar Ambarawa. Tepatnya di dekat warung-waung yang jual buah-buah. Setelah itu saya langsung melanjutkan perjalanan hingga ke rumah.

Sampai di rumah saya bercerita tentang keanehan rem saya yang sempat blong dan tiba-tiba bisa kembali normal lagi dengan sendirinya. Saya berkata bahwa saya sangat heran akan hal itu. Bapak saya kemudian mengatakan bahwa itu bisa terjadi karena lokasinya. Mungkin di situ daerah rawan yang banyak pengganggunya. Beliau kemudian menasehati supaya tidak berjalan dengan terlalu cepat dan membunyikan klakson di tikungan dan jembatan, serta tidak berangkat mepet.  Kali ini saya percaya. Bisa saja saya menjadi korban kemistisan dari tempat tersebut. Karena benar-benar tidak masuk akal, setelah menjauh darinya rem kembali normal dengan sendirinya. Sebuah skenario kecelakaan seperti sudah terpampang di depan saya. beruntung dan syukur Alhamdulillah saya bisa keluar dari skenario tersebut. Allah telah menyelamatkan saya dan mungkin juga mengingatkan saya dengan kejadian ini. Apapun itu jika belum takdir pasti takkan terjadi.

Namun dari sini saya mencoba memahami dan berpikir bahwa mungkin kecelakaan-kecelakaan yang terjadi akhir-akhir ini karena rem blong, bisa jadi mirip dengan yang saya alami. Rem yang tiba-tiba blong meskipun kondisi kendaraan sebelum berangkat pada kondisi yang baik. Mereka sebelum berangkat pasti juga mengecek kendaraannya. Kemistisan suatu lokasi yang berpenunggu yang mendukung terjadinya kecelakaan. Sama seperti motor saya, ketika masih berada di sekitar lokasi tersebut, rem tetap blong. Kalaupun nanti diinvestigasi jelas karena rem blong. Jadi jika ada bus atau truk yang mengalami mirip seperti saya, tentu setelah mereka menabrak kalau diinvestigasi penyebabnya adalah  rem yang blong. Untung yang saya bawa motor, kalaupun saya bawa mobil, bus, atau truk pasti juga bisa menabrak orang, motor, atau bus yang berhenti tersebut karena dengan kendaraan besar lebih sulit untuk menghindari objek lain. 

Dari dulu saya percaya bahwa ada mahluk lain atau mahluk gaib di lokasi-lokasi tertentu bahkan di rumah saya pun saya percaya ada. Yang penting kita hati-hati dan tidak berbuat yang aneh-aneh. Tetap berdoa kepada Allah memohon perlindungan dan keselamatan. Kejadian ini membuat saya lebih waspada di jalan dan lebih banyak berdoa kepada Allah. Tapi ini tidak membuat saya lantas memakai jimat atau sesaji yang mengarah ke syirik. Saya percaya jika belum takdirnya tidak akan terjadi apapun. Seperti dulu waktu kaki saya terinjak truk dan sekarang lolos dari skenario kecelakaan. Mau percaya atau tidak? This is Real! Mistic! Believe or Not?!