Kita mungkin sering mendengar orang yang meratap tentang
hidupnya. Mengeluh akan masalah yang sedang menimpanya. Seolah beban hidupnya
yang paling berat. Merasa bahwa masalahnya yang paling sulit.
Memang sudah menjadi menjadi fitrah manusia untuk berkeluh
kesah. Sebagaimana dijelaskan Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Ma’arij ayat 19-27
berikut:
“Sesungguhnya
manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa
kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir,
kecuali orang-orang yang mengerjakan salat, yang mereka itu tetap mengerjakan
salatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu bagi orang (miskin) yang meminta dan orang
yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta), dan orang-orang yang
mempercayai hari pembalasan, dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya.”

Justru karena kecil kemungkinannya cecak berkeluh kesah,
maka dibawalah cecak ke dalam tulisan ini. Untuk pastinya, jelas saya belum
tahu karena belum pernah mendengar curahan hati dari cecak. Hahaha.
Cecak seperti kita tahu bersama merupakan binatang melata
yang suka merayap di dinding maupun eternit.
Reptil yang ukurannya paling kecil.
Kita pun tahu bahwa makanan utama cecak adalah nyamuk. Bukanlah
hal mudah bagi cecak untuk mendapatkatkan makanannya tersebut. Tak lain karena
nyamuk bisa terbang sedangkan cecak tidak. Toh begitu kita tidak pernah melihat
cecak mati kelaparan. Cecak yang mati gantung diri. Cecak yang menangis di
pojok kamar. Apalagi cecak yang update status galau, “Duh, makanan gue mana nih? Dah laper beud, nggak nongol-nongol?! Kalau ada cecak
yang update seperti itu, saya langsung berhenti menggunakan media sosial. Hahaha.
Meski cecak memiliki keterbatasan, ia tidak diam diri. Tidak
sempat baginya mengeluh dan mengumpat apalagi meratapi kekurangannya. Ia senantiasa
sigap mengawasi pergerakan nyamuk yang beterbangan mencari darah manusia. Apabila
ada nyamuk yang lelah terbang, serta mendarat di dekatnya, dengan sigap ia
melumat nyamuk tersebut langsung ke mulutnya.
Pada hakekatnya, semua yang ada di dunia ini sudah diatur oleh Allah. Termasuk rezeki tiap-tiap mahluk juga sudah ditentukan. Tidak mungkin
tertukar. Tinggal bagaimana usaha dari setiap mahluk-Nya dalam menjemput
rezekinya tersebut. Sebagaimana Allah menerangkan dalam firmannya di Surat Huud
ayat 6 berikut:
“Dan tidak ada suatu binatang
melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia
mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya
tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).”
Jika cecak saja punya keyakinan
bahwa dia bisa bertahan hidup dan berkembang biak dengan keterbatasannya,
mengapa kita masih pesimis? Kita punya akal dan budi yang bisa kita pergunakan
untuk meraih apa yang kita inginkan. Memang tidak ada yang mudah. Namun jika
kita sama sekali tak bergerak, tak mungkin apa yang kita inginkan datang begitu
saja. Cecak bisa mendapatkan nyamuk setelah dia siaga cukup lama di dinding. Tak
hanya tiduran atau bermalas-malasan di sarangnya sambil berharap ada nyamuk
yang menyerahkan diri.
Kawan, tentu kalian juga masih ingat
firman Allah dalam Surat Ar-Rad ayat 11 tentang pentingnya berusaha untuk
mengubah keadaan yang ada. Sekedar mengingatkan kembali saja, berikut inilah
dalilnya:
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat
yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka
menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada
yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain
Dia.”
Setiap manusia pasti
punya keinginan. Kejarlah keinginan itu. Jangan lantas menyerah bila ada
penghalang. Sabar dan terus berikhtiar dengan tidak melupakan doa. Wajar manusia
mengeluh saat apa yang diusahakan tidak sesuai yang diinginkan. Tapi seperlunya
saja. Percayalah bahwa tidak ada usaha
yang sia-sia. Allah sudah memberikan jaminan lewat dalil di atas. Jika belum
berhasil, Allah hanya menguji kesabaran dan kegigihan kita mengupayakan apa
yang kita inginkan.
Jika cecak yang tak
bisa terbang saja tetap bisa makan nyamuk, mengapa kita manusia yang menguasai
ilmu dan teknologi masih tak yakin bisa mewujudkan mimpi kita? Masih terjebak
dalam kegalauan yang tak perlu, yang justru mengikis semangat kita. Ayo kawan,
bangkit! Kita bisa! Malulah sama cecak kalau galau melulu!