Nama memang memiliki fungsi sebagai
panggilan maupun sebagai identitas. Adanya nama membuat komunikasi antar
individu menjadi tidak kaku. Paling tidak, jika orang telah mengenal, maka akan
memilih memanggil nama daripada dengan kata “heh kamu”, “satpam”, “bakso”, dan
sejenisnya. Seseorang juga akan merasa lebih dihargai kala disapa atau
dipanggil dengan namanya daripada dengan panggilan yang lain.
Adapun nama sebagai identitas
digunakan untuk keperluan administrasi. Ini juga sama pentingnya dengan fungsi
sebagai panggilan. Kesalahan tulis pada akta, ktp, ijazah, buku nikah, paspor,
rekening, atau surat berharga lainnya dapat berakibat fatal.
Namun di luar dua fungsi tadi,
sebenarnya nama juga bisa mengandung doa dan harapan orang tua kita. Mereka tentu
tidak sembarangan memilihkan nama untuk anaknya. Pasti ada arti-arti penting
dibalik setiap nama yang diberikan kepada anak-anaknya.
***
Dalam tulisanku kali ini, aku ingin
bernarsis ria sejenak. Mensyukuri sekaligus menikmati nama yang diberikan oleh
orang tuaku.
Huda
Rahadian, begitulah yang tertulis di akta kelahiranku. Nama yang sederhana,
tidak bertele-tele, namun mengandung arti dan harapan. Dengan nama ini pula, di
berbagai identitas, namaku tidak pernah disingkat karena masih memenuhi space yang disediakan. Tak perlu repot
pula seandainya membuat paspor, karena terdiri dari dua kata seperti yang
disyaratkan.
Huda, banyak orang yang sudah mengetahui
maknanya. Kata huda diambil dari Al-Qur’an, yang berarti pertunjuk. Hudallinnas artinya pertunjuk bagi
manusia, hudalilmuttaqin artinya
petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. Karena itu pula, kata huda sering digunakan
dalam penamaan masjid atau mushola, termasuk mushola yang berada di dekat
rumahku, yang diberi nama mushola Nurul Huda.
Huda adalah nama pemberian dari
ayahku. Ia menilai nama tersebut cocok dan tepat untuk disematkan padaku.
Apalagi setelah mendengar komentar positif dari seorang kyai di daerah kami. “Bener kuwi, apik jenenge. Huda iku
pituduh”, begitu kata beliau dalam bahasa Jawa. Dengan penamaan ini, tampak
ada semacam harapan agar kelak aku bisa menjadi petunjuk, setidaknya untuk
orang-orang disekitarku. Aku diharapkan bisa sebagai jalan untuk mengangkat
kehidupan keluarga menjadi lebih baik.
Rahadian, kata yang mungkin masih
terdengar asing bagi sebagian orang. Dari susunan hurufnya pun belum bisa
diterka berasal dari bahasa apa kata ini. Namun ini tak berarti bahwa Rahadian
hanya kata yang indah didengar namun tak memiliki makna yang spesifik. Ada dua
versi cerita untuk mengurai makna dari kata rahadian.
Pertama adalah versi Ibuku. Tentu
karena dialah yang memberikan nama itu kepadaku. Menurut beliau, rahadian
berasal dari kata rahardjo, yang berarti keselamatan. Jika kemudian digabung
dan diletakkan di belakang kata huda, maka akan memiliki makna sebagai petunjuk
keselamatan. Begitu kira-kira arti nama Huda Rahadian versi pertama. Mengapa
versi pertama? Karena dalam perjalanan hidupku, aku menemukan arti lain dari
kata rahadian.
Penemuan arti rahadian versi kedua
terjadi ketika aku sudah menduduki bangku SMA. Saat itu ibuku yang seorang guru
SD habis pulang mengantar murid-muridnya melakukan study tour. Ketika pulang, ia membawa buku kumpulan cerita-cerita
daerah yang didapat dari orang yang berjualan di bus. Kebetulan di sekolah ada
tugas untuk membuat cerita. Akhirnya, kubacalah buku tersebut untuk mencari
inspirasi dan referensi. Hingga tiba di suatu cerita berjudul Asal Mula Reog
Ponorogo. Bagaimana mula terjadinya reog ponorogo tak perlu aku ceritakan,
karena ada yang lebih menarik untuk diceritakan, yaitu tersebutnya kata
rahadian.
Dalam buku tersebut diterangkan
bahwa rahadian adalah gelar yang diberikan kepada putra-putra raja-raja
Majapahit. Dalam perkembangannya, rahadian kemudian disingkat menjadi raden.
Jika menyimak keterangan di atas, maka rahadian itu sama dengan raden dan sama
dengan pangeran. Entah mengapa aku merasa arti rahadian di buku ini lebih tepat
dibanding dengan yang pernah ibu sampaikan. Mungkin karena di buku ini nyata
tertulis rahadian dengan susunan huruf yang sama persis dengan namaku.
Aku pun menyampaikan hal ini kepada
ibu. Ibuku juga terkejut mengetahuinya. Namun beliau tidak mempermasalahkannya.
Lantas ibuku bercerita jika dia dulu suka dengan nama rahadian. Rahadian adalah
nama anak dari rekan kerja ibuku yang juga seorang guru. Waktu itu, Ibuku
berpikir dan menganggap bahwa rahadian itu berasal dari kata rahardjo.
Kesimpulannya,
arti rahadian versi ibu adalah arti yang bersifat anggapan. Oleh karena itu,
aku memutuskan mengambil arti rahadian versi buku cerita yang menyatakan bahwa
rahadian itu ya raden, raden itu ya pangeran. Dengan demikian Huda Rahadian
bisa diartikan sebagai Pangeran yang
memberi petunjuk atau diartikan Pangeran
yang menjadi petunjuk.
Terkesan memaksakan memang karena
kata rahadian berada di belakang. Yah anggap saja kita melakukan pemaknaan
seperti dalam bahasa Inggris bahwa kata yang utama ada di belakang, sementara kata
yang di depan sebagai penjelas. Contohnya nih, red car artinya mobil merah bukan merah mobil, atau tall man yang berarti orang tinggi bukan
tinggi orang. Jadi wajarlah bila huda rahadian dimaknai seperti yang telah aku
sebutkan di atas. Hehehe...
Dengan adanya makna yang sedemikian
rupa, wajarlah bila aku kesal ketika ada orang yang salah menulis namaku. Sejak
aku SD sampai sekarang bekerja, masih saja ada orang yang bertindak demikian.
Yang paling sering adalah kesalahan menulis rahadian menjadi rahardian.
Rahadian itu artinya pangeran, rahardian artinya apa? Baru-baru ini ada juga
yang salah menulis nama depanku. Huda ditulis hudah. Huda itu artinya petunjuk,
hudah itu artinya apa? Untung tidak ditulis kuda. Hmmmmph....
Kalau orang Jawa menyikapi hal ini
akan bilang, “Ora mbancaki bubur abang
putih kok ngganti-ngganti jeneng!” Artinya, orang tidak mengadakan syukuran
bubur merah putih (tepatnya coklat putih) kok ganti-ganti nama orang?!
Terkadang orang menyepelekan hal
sekecil ini, padahal beda satu huruf sudah bisa beda maknanya. Ingatlah nama
itu berisi doa dan harapan. Jangan membuat doa dan harapan itu melenceng dengan
kesalahan menulis satu huruf! Hargai juga orang tua yang mungkin bisa
berhari-hari memikirkan nama untuk anaknya. Terima kasih!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar