“Maka nikmat Tuhan kamu
manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar-Rahman:13)
Dalam surat
Ar-Rahman, ayat di atas ditemukan sebanyak 31 kali. Dalam surat ini,
diterangkanlah nikmat-nikmat yang telah Allah berikan kepada manusia. Ayat ini
selalu muncul setelah Allah menerangkan nikmat yang telah Ia berikan.
Membaca
surat Ar-Rahman membuat diri ini terasa kecil sekaligus malu kepada Allah.
Banyak sekali nikmat yang telah Allah berikan, namun sedikit sekali diri ini
untuk bersyukur. Bahkan terkadang masih mengeluh atau merasa kurang atas
nikmat-Nya. Tak jarang pula justru menggunakan nikmat yang telah Allah berikan
untuk hal yang kurang baik. Sungguh-sungguh keterlaluan diri ini. Sungguh tak
tahu diri.
***
Sahabat, sering kita menyepelekan
nikmat-nikmat kecil yang telah Allah berikan. Padahal dalam seharian saja,
sudah banyak nikmat yang Allah berikan. Mulai dari bangun tidur, kita masih bernafas dan tubuh masih bisa
digerakkan normal. Kita bisa sampai kantor dengan selamat. Kita bisa
menyelesaikan pekerjaan dengan lancar. Mempunyai teman-teman yang baik. Masih
dapat membeli makanan dan merasakan lezatnya makanan. Bisa pulang lagi ke rumah
dengan selamat. Serta nikmat-nikmat lain yang tidak bisa disebutkan satu per
satu.
Namun kebanyakan dari kita ternyata
lebih banyak mengeluh daripada bersyukur. Jika menemui kesulitan sedikit,
mengeluh. Gagal meraih apa yang diinginkan, mengeluh. Mendapatkan situasi yang
kurang nyaman, mengeluh. Ada orang yang bersikap kurang baik pada kita,
mengeluh. Jika kita diberikan dua buku, satu untuk menulis nikmat dan satu lagi
untuk menulis keluhan, mungkin buku kedua yang lebih cepat penuh.
Saat kita lelah atau ada masalah,
kita menjadi mudah mengeluh. Terkadang disertai dengan menyalahkan alat-alat
kita ataupun orang lain. Padahal seharusnya tak perlu selebay itu.
Cara mudah agar kita tak gampang mengeluh
sekaligus menemukan semangat lagi adalah dengan mengingat banyaknya nikmat yang
telah Allah berikan pada kita. Ingatlah saat Allah menyelamatkan kita dari
situasi-situasi sulit. Bersyukurlah atas hal-hal baik yang telah kita dapatkan.
InsyaAllah dengan begitu kita jadi
tak berminat untuk mengeluh.
Sejumlah peristiwa sulit pernah saya
alami dan Allah telah mengangkat saya dari kesulitan tersebut. Seperti ketika
saya kesulitan mengerjakan ujian matematika saat UAN SMA. Hanya delapan nomor
yang bisa saya jawab dari minimal tiga belas nomor untuk bisa lulus. Nyatanya,
saya bisa lulus meski dengan nilai tipis di atas ambang batas kelulusan.
Artinya, ada kuasa Allah yang mengambil peranan hingga saya bisa lulus. Ketika
Allah telah berkehendak, tak ada yang bisa melawan kehendak-Nya.
Kelulusan
ini semakin terasa manis sebab sebelum pengumuman kelulusan, saya sudah
dinyatakan diterima di dua universitas negeri di Kota Semarang. Saya pintar?
Oh, tidak! Jauhlah saya dari kata pintar. Tepatnya saya beruntung, sangat
beruntung. Dua kali mengikuti tes perguruan tinggi, kemampuan akomodasi mata
saya mengambil peranan penting. Saat otak mengalami kebuntuan, saat itulah mata
saya bekerja hingga menuai hasil seperti yang saya sebutkan di atas. Sungguh nikmat
Allah tetap terasa indah meski dibungkus dengan cara apapun.
Pada masa kuliah, saya mengalami
masa paling getir dalam hidup. Melewati fase di mana hidup dan mati begitu
tipis batasnya. Hendak berjuang mengikuti ujian semester namun justru kaki
tertindih ban truk kontainer. Beruntung Allah menghindarkan saya dari kecelakaan
yang lebih parah. Sopir truk itu akhirnya memundurkan truknya setelah mendengar
teriakan saya dan gedoran pintu pengendara motor di belakang saya. Kaki saya
pun bisa terlepas dari jepitan yang menyakitkan dan bisa digunakan untuk
beraktivitas sampai sekarang. Padahal truk itu bisa saja terus maju karena
kendaraan di depannya telah maju. Jika itu terjadi, pasti kaki saya akan
terlindas truk dan badan saya akan terpelanting ke badan truk. Entah apa jadinya?
Beruntung hal tersebut tak pernah terealisasi. Terima kasih Allah.
Di penghujung kuliah, saya sempat
melakukan dagelan yang nyaris
mengancam kelulusan saya. Bisa-bisanya saya sidang skripsi tapi tidak membawa
skripsi, hanya membawa catatan kecil saja. Ini membuat dosen-dosen penguji saya
murka dan memarahi saya. Untung saja sidang skripsi tetap dilanjutkan dan diluar
dugaan saya dinyatakan lulus dengan nilai yang sesuai harapan, bahkan dengan
revisi yang sangat sedikit. Saya pun semakin tersenyum manakala mengetahui IPK
akhir saya ternyata sesuai request
dalam doa yang saya panjatkan. Tidak kurang, tidak lebih. Padahal sebelumnya
hal ini seperti mustahil. Sebuah happy
ending yang luar biasa dari Allah untuk menutup cerita perkuliahan.
Lepas dari masa kuliah lantas
memasuki masa-masa kegalauan. Apalagi jika bukan penantian kerja. Menghabiskan pagi
dengan menonton acara musik di tv membuat saya bergumam, “Alangkah serunya yaa
jika bisa bekerja di balik layar televisi. Bekerja jadi apa saja deh!”. Setelah
singgah di beberapa tempat, akhirnya Allah membawa saya berada di balik layar
tv sungguhan. Benar-benar di balik layar, terlibat dalam proses produksi, dan muncul
nama saya pada credit tittle di akhir
program. Sungguh terasa nikmat saat apa yang kita inginkan dapat kita rasakan.
Itulah beberapa nikmat dari Allah
yang senantiasa membekas di ingatan saya. Tentu masih banyak sekali nikmat
Allah yang lain, yang pasti tidak akan terhitung. Manis maupun getir cerita
hidup yang pernah kita alami penting sekali untuk diingat karena bisa menjadi
motivasi sekaligus perisai diri. Saat kita berada dalam posisi terjepit, kita
harus berprasangka baik kepada Allah dan optimis akan ada jalan keluar dari
himpitan masalah tersebut. Sedangkan saat
kita diberikan kesenangan, kita harus bersyukur dan mengingat saat kita
mengalami kesusahan agar kita tidak bertindak melampaui batas. Apalagi menggunakan
rizki-Nya untuk hal yang kurang baik atau maksiat. Malulah kita jika akan menggunakan
rizki-Nya untuk hal yang kurang baik sementara dalam doa kita masih memohon dan
mengharapkan rizki-Nya.
Sebagai penutup, saya ingin
menyampaikan bahwa apa yang saya tulis ini hanyalah untuk napak tilas perjalanan hidup saya yang tak lain bertujuan untuk
mengingatkan diri sendiri. Saya menggunakan contoh dari pengalaman pribadi
karena itulah contoh yang paling mudah. Tidak ada maksud untuk pamer atau
sombong.
Akhir kata, marilah kita mensyukuri
setiap nikmat yang Allah berikan, sekecil apapun. Janganlah kita menjadi
manusia yang mudah mengeluh dan selalu merasa kurang. Pergunakalanlh nikmat
dari Allah dengan bijak dan tepat. Apabila ada nikmat berlebih, marilah kita
berbagi dengan sesama.
Semoga
tulisan ini bermanfaat. Terima kasih sudah membaca! (^..^)