Kejadian ini baru saja saya alami, tepatnya pada hari
Jum’at satu minggu yang lalu. Pada hari itu saya hendak memenuhi undangan
wawancara dari sebuah perusahaan otomotif yang berkantor di Yogyakarta.
Wawancara saya dijadwalkan pukul 10.30 dan saya pun berangkat dari rumah pada
pukul 06.50.
Waktu yang sangat mepet dengan jarak tempuh perjalanan
Semarang-Yogyakarta membuat saya memacu belalang tempur saya dengan kecepatan
tinggi. Rata-rata kecepatan saya 100 km/jam. Ini saya lakukan agar ada jeda
sampai di tempat tujuan sekaligus memberi space
apabila terjadi hal yang tidak diinginkan di jalan, misalnya ban bocor. Semua
berjalan lancar dan target waktu tempuh untuk setiap daerah telah terpenuhi.

Saat
motor saya terus melaju untuk menghabiskan sisa gas, saya berharap tidak ada
kendaraan yang melintas dari gang yang posisinya 90 derajat di sisi kiri jalan.
Namun dugaan saya salah, dari dalam gas tersebut muncul sepeda motor. Untung
saja melaju dengan kecepatan rendah sehingga motor saya dapat melintas
mendahuluinya. Namun bukan hanya sepeda motor, muncul beberapa orang juga yang
berjalan keluar dari gang di depan sepeda motor tersebut dan beberapa orang
yang bergerak untuk naik bus. Dengan hanya mengandalkan kepasrahan, sambil
berharap-harap cemas, saya berusaha mengendalikan motor saya agar tidak
menabrak siapapun. Akhirnya saya berhasil melintas di depan orang yang berjalan
keluar dari gang dan berhenti di belakang orang yang mau naik bus. Saya pun
berhenti sejenak karena memang shock.
Saya
langsung mengecek rem saya. ternyata memang blong dan sangat dalam injakannya
tanpa berfungsi sedikit pun untuk mengerem. Karena rem belakang saya cakram,
saya belum berpengalaman menangani hal seperti ini. Jika pada tromol, dapat
diatasi dengan mengencangkan baut rem. Namun cakram kan tidak seperti itu. Agak
aneh juga jika rem cakram tiba-tiba blong tanpa ada tanda-tanda sedikitpun sebelumnya.
Kemungkinan besar menurut saya adalah kampasnya habis meskipun tetap saya
menganggapnya aneh.
Saya
pun sempat kebingungan dengan situasi ini. Saya masih setengah perjalanan, tapi
salah satu senjata saya tidak optimal. Otomatis ini membuat saya tidak bisa
memacu kendaraan saya dengan kecepatan tinggi lagi karena resikonya akan sangat
besar. Apakah saya dapat tiba di lokasi tepat waktu? Saya simpan itu dalam
harapan saya. Saya pun kemudian kembali melaju dengan kecepatan sedang dan
menjaga jarak dengan kendaraan di depan saya. Sambil berjalan saya terus
mencoba-coba rem belakang saya. Pada jarak sekitar 2-3 kilometer dari tempat
kejadian, saya merasakan bahwa rem belakang saya mulai berfungsi meskipun harus
diinjak dengan sangat dalam. Untuk meyiasati situasi ini, kaki kanan saya sudah
setengah menginjak rem agar jika tiba-tiba harus berhenti dapat berhenti dengan
sigap. Saya pun mulai berani menambah laju kecepatan saya karena saya telah
memastikan rem saya berfungsi meski harus menginjaknya dalam-dalam.
Ketika
perjalanan telah memasuki daerah Secang hingga Magelang, saya merasakan bahwa
rem belakang saya mulai kembali mendekati normal. Tidak lagi dalam, sudah cukup
pendek jarak injakannya dan cukup berfungsi dengan baik. Mengetahui kondisi
yang sudah seperti normal dan stabil, saya pun kembali berusaha melaju cepat
dengan tetap memperhatikan kondisi jalan yang semakin ramai karena masuk kota.
Saya sempat berhenti sejenak untuk beli minum dan istirahat sekitar 5-10 menit
sebelum kembali melanjutkan perjalanan. Setelah melewati Magelang di mana jalan
kembali sepi, saya pun menambah kecepatan motor saya hingga sampai tujuan.
Sampai
di kantor menunjukkan pukul 10.07. cukup waktu untuki menghela nafas dan
istirahat sejenak. Setelah masuk, saya ke kamar mandi dulu untuk membasuh
keringat yang bercucuran dan rapi-rapi. Setelah itu, saya diminta mengisi
formulir. Di sini, akhirnya saya bertemu dengan seorang kakak kelas saya yang
juga akan mengikuti wawancara. Setelah mengobrol sambil mengisi formulir,
kemudian saya dipanggil untuk wawancara.
Setelah
selesai wawancara, motor saya, saya servis di bengkel kantor tersebut. Memang
sudah waktunya nih motor perlu diservis dan ganti oli setelah hampir selama dua
minggu keliling Jawa Tengah dan DIY. Sambil menunggu motor saya diservis,
kemudian saya bersama kakak kelas saya melakukan sholat Jum’at dan makan siang.
Setelah makan, kembali saya menengok motor saya. Saya tanyakan bagaimana motor
saya? bagaimana remnya? Apa ada yang perlu diganti? Mereka menjawab bahwa motor
saya sudah selesai dikerjakan dan remnya baik-baik saja tanpa perlu ada
penggantian apapun. Sempat heran, kemudian saya coba remnya dan rasanya masih
sama seperti belum diservis. Memang berfungsi sih, tapi entah mengapa kok
kurang mantap. Apa memang sebenarnya tidak terjadi masalah apapun dengan rem
belakang saya? Lalu mengapa tadi bisa blong? Belum sempat menemukan jawaban
atas pertanyaan dalam benak saya, sudah saya bayar dulu jasa servisnya.
Keesokan
harinya saya kembali ke Semarang dengan kecepatan normal sesuai versi saya.
Penjelasannya untuk perjalanan ke luar kota berjalan pelan itu melelahkan, jadi
berjalan cepat namun dengan kecepatan yang tidak sampai membuat kita tegang.
Intinya berjalan cepat tapi tetap rileks. Sempat muncul kekhawatiran jika
terjadi apa-apa, tapi kembali optimis. Toh dari bengkel juga bilang tidak ada
masalah.
Karena
sudah agak sore saya pulang, saya memutuskan tidak lewat jalan utama, melainkan
lewat jalan alternatif. Entah lewat mana itu, pokoknya setelah pom bensin jambu
saya belok ke kiri mengikuti travel yang ke Semarang. Saya tidak mau lewat
jalan utama karena pasti akan banyak menemui truk pasir yang menjengkelkan.
Saya sengaja mengikuti travel karena saya sendiri belum pernah lewat situ dan
takut nyasar. Hingga akhinya travel berjalan pelan karena didepannya ada truk
pasir, terpaksa saya pun mendahului keduanya. Saya kemudian melaju sendiri di
tengah hutan dengan kecepatan sedang karena jalan licin sehabis hujan. Hanya
mengandalkan sedikit perasaan dan sedikit logika untuk menentukan jalan yang
tepat. Ditambah situasi saat itu sudah Maghrib sehingga langit pun berangsur
gelap. Saya pun baca-baca surat pendek untuk menghibur diri. Sesekali ada motor
melintas dari arah berlawanan. Hingga akhirnya saya kembali ke jalur utama
sebelum pasar Ambarawa. Tepatnya di dekat warung-waung yang jual buah-buah.
Setelah itu saya langsung melanjutkan perjalanan hingga ke rumah.

Namun
dari sini saya mencoba memahami dan berpikir bahwa mungkin
kecelakaan-kecelakaan yang terjadi akhir-akhir ini karena rem blong, bisa jadi
mirip dengan yang saya alami. Rem yang tiba-tiba blong meskipun kondisi
kendaraan sebelum berangkat pada kondisi yang baik. Mereka sebelum berangkat
pasti juga mengecek kendaraannya. Kemistisan suatu lokasi yang berpenunggu yang
mendukung terjadinya kecelakaan. Sama seperti motor saya, ketika masih berada
di sekitar lokasi tersebut, rem tetap blong. Kalaupun nanti diinvestigasi jelas
karena rem blong. Jadi jika ada bus atau truk yang mengalami mirip seperti
saya, tentu setelah mereka menabrak kalau diinvestigasi penyebabnya adalah rem yang blong. Untung yang saya bawa motor,
kalaupun saya bawa mobil, bus, atau truk pasti juga bisa menabrak orang, motor,
atau bus yang berhenti tersebut karena dengan kendaraan besar lebih sulit untuk
menghindari objek lain.
Dari
dulu saya percaya bahwa ada mahluk lain atau mahluk gaib di lokasi-lokasi
tertentu bahkan di rumah saya pun saya percaya ada. Yang penting kita hati-hati
dan tidak berbuat yang aneh-aneh. Tetap berdoa kepada Allah memohon
perlindungan dan keselamatan. Kejadian ini membuat saya lebih waspada di jalan
dan lebih banyak berdoa kepada Allah. Tapi ini tidak membuat saya lantas
memakai jimat atau sesaji yang mengarah ke syirik. Saya percaya jika belum
takdirnya tidak akan terjadi apapun. Seperti dulu waktu kaki saya terinjak truk
dan sekarang lolos dari skenario kecelakaan. Mau percaya atau tidak? This is
Real! Mistic! Believe or Not?!